Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur (Jatim) Dr Benjamin Kristianto MARS angkat bicara terkait wabah Leptospirosis yang menyerang di wilayah Jatim beberapa waktu terakhir.
Menurut pria yang akrab disapa Dokter Benjamin ini, wabah Leptospirosis merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Sehingga, penyakit ini disebut Leptospirosis karena kumannya Leptospira.
"Adapun ciri keanehan dari khas Leptospira Introgans adalah tinggal di dalam ginjal pada hewan selama bertahun-tahun dan ini sangat bahaya untuk kesehatan manusia jika terkena kuman tersebut," kata Benjamin kepada detikJatim, Selasa (14/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter yang juga menjabat sebagai Ketua Kesehatan Indonesia Raya (KESIRA) Jatim ini menyebut, bakteri Leptospira sering ada di hewan tikus. Menjadi bahaya apabila saat banjir, kuman Leptospirosis yang ada di hewan tikus kemudian keluar bersama air kencing dan tercampur ke dalam air banjir.
"Dan kebetulan kaki kita ada luka ketika kita lewati banjir tersebut, maka kuman itu akan masuk melalui air banjir dan ini sangat berbahaya. Ketika kita lewat di area banjir maka segera mungkin kita cuci kaki dan cuci tangan dengan sabun agar kuman tersebut tidak masuk ke dalam tubuh kita. Pola hidup bersih harus diutamakan agar kita tetap sehat," terangnya.
Benjamin lalu memaparkan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Leptospirosis di antaranya demam tinggi selama 2 hari. Kemudian badan terasa pusing karena bakteri ini menyerang melalui otot pembuluh darah daki ki dan biasanya terjadi kram di bagian betis kaki.
"Selanjutnya gejala yang lain mata kita akan merah, juga menyerang melalui liver sehingga akan menjadi penyakit kuning dan jika tidak segera ditangani akan terjadi gangguan pada ginjal," katanya.
"Penyakit Leptospirosis jika tidak ditangani serius maka akan terjadi penyakit komplikasi ke seluruh organ manusia, baik di ginjal, paru-paru, dan jantung. Ini sangat berbahaya bisa mengakibatkan kematian," lanjutnya.
Pria asli Sidoarjo ini mengimbau jika ada warga yang terserang penyakit Leptospirosis, maka segera mungkin periksa ke dokter untuk diberi antibiotik.
"Karena kuman penyakit ini jika tidak segera ditangani maka akan bahaya bagi pasien karena bakteri kuman ini senang bersarang di organ kita dan jika kita telat menangani maka berbahaya dan bisa menimbulkan kematian," tegasnya.
Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jatim ini menegaskan saat ini masih masuk dalam musim penghujan. Ia meminta Pemprov Jatim, khususnya dinas kesehatan untuk mengantisipasi. Tidak hanya fokus pada penyakit demam berdarah saja, tetapi juga cegah wabah Leptospirosis.
"Komisi E DPRD Jatim mendesak agar dinas kesehatan Jatim gerak cepat atasi wabah penyakit Leptospirosis dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahaya wabah ini. Jika lewati area banjir segera mungkin cuci kaki dan bila ada gejala seperti terserang gejala penyakit Leptospirosis maka segera mungkin ke dokter untuk diberi pertolongan antibiotik agar tercegah dari penyakit komplikasi karena kuman ini senang bersarang di dalam organ manusia," pungkasnya.
Berdasarkan data Dinkes Jatim, kasus Leptospirosis pada tahun 2022 tercatat sebanyak 606 kasus, sedangkan sampai dengan 5 Maret 2023 jumlahnya sudah 249 kasus.
Dari total 249 kasus yang terjadi di Jatim, terbanyak terjadi di Pacitan dengan jumlah 204 kasus dengan angka kematian 6 orang. Selanjutnya Kabupaten Probolinggo sebanyak 3 kasus dengan jumlah kematian 2 orang, Gresik 3 kasus, Lumajang 8 kasus, Kota Probolinggo 5 kasus dengan angka kematian 1 orang, Sampang 22 kasus, dan Tulungagung sejumlah 4 kasus.
Selain kuman Leptospirosis dibawa oleh tikus, hewan lainnya seperti anjing, babi, kucing, kambing, dan sapi juga bisa menularkan infeksi akut ini.
(dpe/dte)