Peristiwa tanah gerak kembali melanda wilayah Kabupaten Pacitan. Kali ini, bencana menimpa satu permukiman di Desa Petungsinarang, Kecamatan Bandar.
Sedikitnya ada 10 rumah terdampak hingga 35 warga mengungsi. Mereka kini tinggal di bawah tenda.
Tingginya potensi longsor dan tanah gerah membuat pemkab setempat memutar otak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan berencana mengusulkan penambahan alat detektor. Usulan itu akan disampaikan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan bersurat (ke PVMBG). Harapan kami usulan dapat dikabulkan," kata Kepala Pelaksanan BPBD Pacitan, Erwin Andriatmoko kepada detikJatim, Rabu (8/3/2023).
"Dengan keberadaan alat tersebut tentu saja potensi ancaman longsor dan tanah gerak cepat terdeteksi. Sehingga dampak lebih serius bisa dicegah," harapnya.
Erwin mengatakan, dari 12 wilayah kecamatan yang ada, sebagian besar merupakan kawasan rawan longsor dan tanah gerak. Meski belum menghitung secara pasti kebutuhan alat detektor, namun dia memastikan jumlah yang dibutuhkan mencapai puluhan unit.
Di Pacitan sendiri sudah terpasang perangkat canggih tersebut. Hanya saja, jumlahnya baru 3 unit. Dua di antaranya berada di Desa Sedeng dan Desa Purworejo di Kecamatan Kota. Satu unit lainnya di Desa Glinggangan, Kecamatan Pringkuku.
"Kalau ditanya kebutuhan pasti (Alat detektor) berapa, harus disusun Renkon (Rencana kontinjensi) dulu. Yang jelas bisa puluhan. Karena wilayah Pacitan ini sebagian memang memiliki potensi tanah gerak," katanya.
(hil/fat)