Guru Besar Unair Sebut Penularan Flu Burung ke Manusia Jarang Terjadi

Kabar Kesehatan

Guru Besar Unair Sebut Penularan Flu Burung ke Manusia Jarang Terjadi

Suci Risanti Rahmadania - detikJatim
Jumat, 03 Mar 2023 10:45 WIB
People watch a cockfight at a popular cafe in Iraqs southern city of Basra, on February 24, 2023. - Banned in many countries, cockfighting is commonly practised across the planet: popular in India or the Philippines, it is tolerated in certain departments in northern France or overseas territories in the name of tradition. (Photo by Hussein Faleh / AFP) (Photo by HUSSEIN FALEH/AFP via Getty Images)
Foto: Hussein Faleh/AFP/Getty Images
Jakarta -

Beberapa negara, salah satunya China melaporkan kasus flu burung yang menular ke manusia. Lantas, apakah flu burung sangat menular dan bisa menular antar manusia?

Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga (Unair) Prof dr Chairul Anwar Nidom mengatakan, penularan flu burung ke manusia jarang terjadi, namun hal tersebut tetap berisiko sehingga tak boleh disepelekan.

"Sebetulnya, WHO juga mengatakan bahwa kejadian (penularan flu burung ke manusia) yang di Kamboja itu kejadian yang jarang, tapi bisa terjadi. Artinya, kemungkinan tetap berisiko. Jadi flu burung itu tidak bisa kita remehkan," ujarnya dalam webinar, Kamis (2/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir yang berlebih lantaran saat ini belum ada kasus penularan flu burung yang menular antar manusia seperti COVID-19 maupun flu musiman. Hal ini dikarenakan tempat penempelan atau reseptor virus flu burung berbeda dengan reseptor virus flu musiman yang bisa menular antar manusia.

Reseptor virus flu burung adalah asam sialat (SA) alpha-2,3 yang banyak terdapat pada burung atau unggas. Sementara reseptor virus influenza musiman pada manusia adalah alpha-2,6 galaktosa yang banyak berada di permukaan sel organ saluran pernapasan atas.

ADVERTISEMENT

"Yang ada adalah virusnya menular dari unggas ke orang tertentu di sekitarnya," imbuh Nidom.

Menurut Prof Nidom, penularan virus flu burung ke manusia bisa terjadi apabila konsentrasi virus sangat tinggi. Seperti contohnya, saat seseorang yang kekebalan tubuhnya kurang baik memasuki satu wilayah dengan konsentrasi virus yang sangat tinggi. Kondisi itu membuat virus sangat mungkin masuk ke saluran pernapasan.

"Saat (virus) masuk, kemudian dia melakukan penyesuaian terhadap reseptor yang ada di dalam tubuh kita, lalu dia melakukan aktivitas replikasi dan sebagainya," lanjutnya.

Adapun model penularannya, lanjut dia, dapat terjadi melalui kontak langsung maupun permukaan yang terkontaminasi virus atau contaminated surface.

"Kalau kontak langsung misalnya kotoran-kotoran (Unggas) atau di kulit-kulit unggasnya ada virus kemudian dia terbang, lalu kita hisap. Kalau contaminated surface misalnya setelah memegang ayam, kemudian ada virus yang menempel di tangan, maka bisa masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mata," jelas Chairul.

Namun Nidom mewanti-wanti bahwa ancaman infeksi flu burung pada manusia tetap berisiko, sehingga pengendalian flu burung penting dilakukan.




(suc/fat)


Hide Ads