Sebanyak 59 warga Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto terjangkit penyakit Tuberculosis (TBC). Awal tahun ini terdeteksi 2 pasien baru. Tracing atau pelacakan kontak erat pun digalakkan untuk mencegah penularan lebih luas.
Kepala UPT Puskesmas Manduro dr Siska Widiyanti mengatakan 59 pasien TBC berusia produktif dan lansia. Puluhan pasien tersebut tersebar di 6 desa yang berada di wilayah kerjanya. Yaitu Desa Kunjorowesi, Watesnegoro, Manduro Manggung Gajah, Tambakrejo, Candiharjo dan Wonosari.
Dari jumlah itu, 48 pasien dinyatakan sembuh setelah menjalani pengobatan rutin selama 6 bulan. Sedangkan pengobatan 11 pasien lainnya belum tuntas. Ditambah lagi, ada 2 pasien TBC baru awal tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rata-rata pasien yang kena TBC dari keluarga miskin, rumahnya minim ventilasi, satu rumah dihuni banyak orang. Sehingga cahaya matahari kurang masuk, bakteri banyak berkembang," kata dr Siska kepada detikJatim di kantornya, Rabu (1/3/2023).
Penyakit TBC, lanjut dr Siska, disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Penyakit ini juga bisa menyerang ginjal, tulang belakang dan otak. Gejalanya meliputi batuk lebih dari 3 minggu disertai dahak dan darah, demam, nyeri dada, serta berkeringat dingin di malam hari.
Menurutnya, TBC tergolong penyakit yang mudah menular dan mematikan jika terlambat diobati. Mirip dengan COVID-19, penyakit ini menular melalui droplet ketika pasien batuk atau bersin, lalu terhirup orang lain. Selain itu juga melalui penggunaan alat makan yang sama dengan pasien.
"Kalau terlambat diobati, timbul komplikasi sampai batuk berdarah, berat badan tambah turun, gizinya tambah buruk, bisa meninggal," terangnya.
Oleh sebab itu, kata dr Siska, pihaknya menggalakkan tracing dengan program Peningkatan Pelacakan Masyarakat Sekitar Pasien TBC (Pelita Mas TB) sejak pertengahan 2022. Idealnya, tracing menyasar 20 keluarga dan tetangga dari setiap pasien baru. Para kontak erat yang diperiksa dalam radius 10 rumah dari tempat tinggal pasien.
Baca juga: 1.332 Warga Tulungagung Positif TBC |
Pemeriksaan suspek TBC menggunakan tes cepat molekular (TCM). Sampel dahak dari para suspek diambil oleh tenaga kesehatan Puskesmas Manduro, lalu dikirim ke Labkesda Mojokerto atau RSUD Prof dr Soekandar, Mojosari yang sudah mempunyai TCM. Tes ini terbukti lebih cepat dan akurat.
"Pagi sampel kami ambil, siang kami kirim, besoknya sudah keluar hasilnya," jelasnya.
Upaya mencegah penularan maupun penyembuhan pasien TBC, tambah dr Siska, juga melibatkan para kader TB di setiap desa. Para kader bertugas mengedukasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pasien harus disiplin memakai masker dan tidak memakai alat makan yang sama dengan orang lain, serta melatih pemantau minum obat (PMO).
Selain itu, kader TB juga membantu pasien yang kesulitan mengambil obat TBC gratis di Puskesmas Manduro. "PMO dari keluarga pasien, tugasnya mengingatkan pasien agar disiplin meminum obat TBC. Karena obat harus diminum setiap hari selama 6 bulan. Kalau telat satu kali saja harus mengulang dari awal," tandasnya.
(abq/iwd)