Tahun ini merupakan peringatan kedelapan Hari Tanpa Diskriminasi atau Zero Discrimination Day. Tema yang diusung yakni Save Lives: Decriminalis.
Tema tersebut menyoroti bagaimana dekriminalisasi populasi orang-orang untuk bertahan hidup dengan HIV, dan dapat menyelamatkan nyawa mereka serta membantu memajukan akhir pandemi dari AIDS.
Baca juga: 1 Desember Hari Apa? Yuk Kita Cek! |
Hari Tanpa Diskriminasi bertujuan mengajak masyarakat untuk mengakhiri segala bentuk diskriminasi. Tentu saja untuk menciptakan solidaritas antarsesama manusia.
Adanya peringatan antidiskriminasi diharapkan bisa meningkatkan rasa perdamaian dalam hidup. Lantas bagaimana sejarah Hari Tanpa Diskriminasi Sedunia?
Hari Tanpa Diskriminasi:
1. Sejarah Hari Tanpa Diskriminasi Sedunia
Pada 2013, Direktur UNAIDS Michel Sidibe menggagas Hari Tanpa Diskriminasi yang terinspirasi dari Hari AIDS Sedunia. Setahun setelahnya, Hari Tanpa Diskriminasi disahkan.
Mengutip situs resmi PBB, kampanye Hari Tanpa Diskriminasi disahkan pada 1 Maret 2014. Simbol kupu-kupu dipilih UNAIDS (United Nations Program) on HIV/AIDS sebagai bentuk seruan transformasi meniadakan diskriminasi. Dengan harapan, diskriminasi dapat tumpas di tahun 2030.
Dalam perkembangannya, diskriminasi tidak hanya terjadi pada sektor kesehatan saja. Tapi menyentuh sektor sosial dan ekonomi.
Seperti di tahun 2014, Forum Pemuda Eropa (European Youth Forum) menemukan adanya diskriminasi usia yang terjadi pada ranah pekerjaan formal. AEGEE menyampaikan para pemuda yang terdiskriminasi dari pencarian kerja dan sulit mengakses layanan di bank.
Baca juga: Sejarah Singkat Serangan Umum 1 Maret 1949 |
Pada tahun yang sama, survei menunjukkan 53,8 persen anak muda di Eropa mengalami diskriminasi pendidikan. Ada 42,4 persen di tempat kerja, 29,9 persen saat mencari akomodasi, dan 26,6 persen dalam perawatan kesehatan.
Diskriminasi tersebut terjadi karena berbagai alasan. Mulai dari orientasi seksual, gender etnis, kondisi disabilitas, ketidaksetaraan pendapat, perbedaan jenis kelamin, status, usia, kesehatan, pekerjaan, ras, etnis hingga agama.
Dari sana, pesan Hari Tanpa Diskriminasi lebih meluas untuk menjaga perdamaian. Sesuai dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dituliskan jika diskriminasi adalah segala bentuk pembatasan, pelecehan ataupun pengucilan yang dilakukan secara langsung ataupun tidak, yang didasarkan pada perbedaan agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi dan aspek kehidupan lainnya.
2. Tujuan Hari Tanpa Diskriminasi
Tindakan diskriminasi dianggap sangat merugikan dari segala bidang. Apalagi bagi pengidap HIV. Mereka sering menjadi sasaran empuk diskriminasi yang berdampak pada kesehatan mental.
Tujuan dari Hari Tanpa Diskriminasi yakni dapat membantu individu atau komunitas agar menumpas segala tindakan diskriminasi, dengan menghalangi siapapun yang hendak melakukannya. Sebab, setiap orang punya hak yang sama.
3. Cara Mengurangi Diskriminasi
Menurut UNAIDS, ada beberapa aksi yang bisa dilakukan untuk mendukung Hari Tanpa Diskriminasi, di antaranya:
1. Menyoroti ketidaksetaraan yang ada di sekitar melalui sosial media agar orang-orang dapat mengadvokasi perubahan.
2. Mendukung gerakan anti-diskriminasi dan laporkan ketidaksetaraan jika melihat suatu kasus diskriminasi.
3. Menuntut perubahan dari pemerintah, anggota parlemen, atau ombudsman dalam rangka menghilangkan diskriminasi.
4. Memulai atau berpartisipasi dalam petisi untuk mengubah undang-undang yang mengandung stigmatisasi dan diskriminasi.
5. Mendukung kampanye atau organisasi yang berupaya menjadikan dunia tempat yang lebih adil dan setara.
(sun/iwd)