Dalam sepekan, mulai 20 hingga 26 Februari 2023, terjadi 572 erupsi atau letusan di Gunung Semeru. Hal ini tertuang dari evaluasi tingkat aktivitas Gunung Semeru dari Badan Geologi Kementerian ESDM.
"Jumlah dan jenis gempa yang terekam masih didominasi oleh jenis gempa permukaan seperti Gempa Letusan, dan Gempa Hembusan. Selama periode 20 hingga 26 Februari 2023 terjadi 572 kali Gempa Letusan/Erupsi," kata Kepala Badan Geologi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam keterangannya, Selasa (28/2/2023).
Selain itu, dalam periode ini terjadi 1 kali gempa awan panas guguran, 14 kali gempa guguran, 37 kali gempa hembusan, 2 kali harmonik, 3 kali gempa vulkanik dalam. Tak hanya itu, terjadi pula 40 kali gempa tektonik jauh dan 11 kali getaran banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk pengamatan visual, gunung terlihat jelas hingga tertutup kabut. Namun teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tebal tinggi sekitar 300-800 meter dari puncak. Untuk pemantauan cuaca, yakni cuaca cenderung cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timurlaut, timur, tenggara dan selatan.
"Asap letusan teramati putih kelabu tinggi 200 hingga 1000 meter ke arah utara, timurlaut, dan tenggara, teramati guguran lava pijar dengan jarak luncur 600 hingga 800 meter ke arah Besuk Kobokan. Secara visual letusan, awan panas guguran dan guguran lava yang terjadi jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut, terkadang terdengar suara gemuruh pada saat terjadi letusan," imbuhnya.
Sedangkan untuk evaluasinya, pada periode 20 hingga 26 Februari 2023, aktivitas erupsi, awan panas guguran dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual terkadang tidak teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.
"Dalam periode ini, jumlah gempa yang terekam mengalami sedikit penurunan dan Gempa Letusan masih mendominasi, diikuti Gempa Hembusan dan Gempa Guguran. Sementara Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Harmonik yang masih terekam mengindikasikan masih adanya suplay di bawah permukaan Gunung Semeru bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan serta adanya proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko," jelasnya.
Sementara getaran banjir yang teramati mengindikasikan masih tingginya kejadian lahar di aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru, terutama yang mengarah ke aliran Besuk Kobokan.
"Akumulasi material hasil erupsi (letusan dan aliran lava) maupun pembentukan "scoria cones" berpotensi menjadi guguran lava pijar, atau pun awan panas guguran. Material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru," paparnya.
"Berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan. Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas guguran yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder," tambahnya.
Sedangkan jika dilihat dari aktivitas vulkanik Gunung Semeru secara visual, instrumental dan potensi ancaman bahayanya masih tinggi. Sehingga Tingkat Aktivitas Gunung Semeru masih pada Level III atau siaga.
(hil/fat)