Puluhan siswa di Lamongan terpaksa belajar di musala yang berada tidak jauh dari sekolah. Kondisi ini dilakukan karena sejak 3 hari terakhir ruang kelas sekolah tergenang banjir akibat luapan Bengawan Njero.
Puluhan siswa yang kini harus mengikuti proses belajar mengajar di musala itu adalah para siswa dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Raudlatul Ulum yang ada di Dusun Sumberjo, Desa Somowinangun, Kecamatan Karangbinangun. Sudah 3 hari ini mereka harus belajar di musala karena gedung sekolah mereka terendam air dan sudah tidak lagi bisa digunakan untuk proses belajar mengajar.
"Karena gedung sekolah terendam banjir sejak 3 hari lalu sehingga pelaksanaan belajar mengajar kami alihkan ke musala," kata Kepsek MI Raudlatul Ulum M. Syamsul kepada wartawan, Kamis (16/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Syamsul mengatakan proses pembelajaran di musala ini merupakan kebijakan pihak sekolah mengingat ruang kelas tidak memungkinkan untuk dilakukan proses belajar mengajar. Selain tergenang banjir, terang Syamsul, lantai sekolah juga licin sehingga membahayakan siswa dan guru.
"Di dalam ruang kelas, air mencapai 20 centimeter sehingga sangat berisiko jika dilakukan proses belajar mengajar di dalam kelas," ujarnya.
Puluhan siswa ini harus rela untuk sementara menerima pelajaran di musala yang berada tidak jauh dari sekolah mereka. Tidak ada penyekat antar kelas, sehingga proses belajar mengajar sempat membuat para siswa menjadi kurang fokus. Sementara, di gedung sekolah sendiri, sejumlah peralatan sekolah nampak diamankan di lokasi lebih tinggi, terutama buku pelajaran agar tidak rusak.
"Banyak kendala selama proses mengajar di musala tapi kami tidak punya pilihan lain untuk tetap memaksimalkan proses belajar mengajar sehingga anak didik tidak ketinggalan pelajaran," jelas Syamsul.
Kesulitan untuk konsentrasi selama proses belajar mengajar itu diakui oleh salah satu siswi MI, Nada. Ia mengaku sulit berkonsentrasi saat menerima pelajaran yang disebabkan tidak adanya penyekat antar kelas.
"Iya, jadi kurang konsentrasi karena tidak ada penyekat antar kelas," aku Nada.
Pihak sekolah berharap adanya bantuan rehab sekolah sehingga tahun depan banjir serupa tidak kembali terjadi dan siswa tidak perlu diungsikan ke musala. Banjir serupa ini, aku Syamsul, sebenarnya sudah kerap terjadi saat musim penghujan tiba dan air sungai Bengawan Njero meluap.
(abq/iwd)