Menjadi guru di sekolah terpencil membutuhkan kesiapan mental dan fisik. Karena tak jarang harus menghadapi medan sulit ditempuh. Seperti apa?
Bagi para guru maupun siswa, sulitnya medan untuk menuju ke sekolah memang memerlukan perjuangan luar biasa. Apalagi di saat musim hujan seperti saat ini.
Hal itu sebagaimana dialami oleh para guru SMPN 4 Mlandingan Satu Atap yang ada di Desa Alas Bayur. Untuk menuju sekolah harus melewati jalan berlumpur nyaris selutut, yang untuk melangkahkan kaki saja terasa susah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap hari saya selalu berangkat habis subuh. Selain jauh, medannya juga berat," tutur salah seorang guru SMPN 4 Mlandingan Satu Atap, Raudhatul Rizkiyah (26), kepada detikJatim, Sabtu (4/2/2023).
![]() |
Lebih jauh ia memaparkan, pada kondisi seperti saat ini dirinya terpaksa menitipkan sepeda motornya di warga setempat. Lantas berjalan kaki sejauh beberapa kilometer.
Sebab pascalongsor yang terjadi beberapa hari lalu, jalan menuju Dusun Alas Bayur Atas, Desa Alas Bayur, Mlandingan, tak lagi bisa dilalui sepeda motor. Terutama setelah turun hujan.
Itu karena material longsor yang menutupi jalan sejak kejadian 2 minggu lalu belum dibersihkan. Pembersihan biasanya dilakukan secara manual oleh warga. Alat berat tidak bisa masuk karena medan yang tidak memungkinkan.
"Lewat jalan berlumpur itu tak mungkin pakai sepatu atau sandal. Harus nyeker agar bisa melangkah," tuturnya.
Raudhatul mengaku, sepatunya tiap hari terpaksa ditaruh di sekolah. Sehingga berangkat dan pulang ke rumahnya hanya bersandal jepit, untuk memudahkan langkah.
"Kalau siang hujan deras, terpaksa saya numpang menginap di rumah warga. Karena kalau memaksa pulang, selain jalannya makin sulit, juga sangat berisiko longsor," terang ibu 2 anak ini.
Ia juga menuturkan, tenaga pengajar di sekolah satu atap tersebut memang kebanyakan dari luar desa. Mereka juga berjibaku saat berangkat dan pulang sekolah. Terutama saat musim hujan.
"Siswa juga sama. Makanya, kami menoleransi saat mereka bersekolah tak bersepatu. Karena memang situasinya begitu. Yang penting mereka ada kemauan saja, kami sudah bersyukur," ungkap Raudhatul, yang mengaku jika dirinya masih sebagai tenaga honorer di sekolah itu.
Untuk diketahui, SMPN 4 Mlandingan Satu Atap yang terletak di Desa Alas Bayur ini jaraknya sekitar 12 kilometer dari Kecamatan Mlandingan.
Untuk menuju desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bondowoso ini memerlukan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan. Karena medannya memang terdiri perbukitan berbatu yang rawan longsor saat musim hujan.
(dpe/iwd)