Dishub Surabaya Pastikan 57 Feeder Akan Beroperasi Mulai Februari

Dishub Surabaya Pastikan 57 Feeder Akan Beroperasi Mulai Februari

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 11 Jan 2023 16:17 WIB
Bus Listrik Trans Semanggi yang kini berhenti beroperasi di Surabaya
Ilustrasi penumpang bus listrik nantinya akan dilayani angkutan feeder yang disediakan Dishub Surabaya. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Sudah ada 57 armada pengumpan atau feeder yang tiba di Surabaya tapi keberadaannya masih dirahasiakan. Rencananya, angkutan feeder itu akan beroperasi mulai Februari.

"Feeder dioperasikan bulan Februari," kata Kadishub Surabaya Tundjung Iswandaru kepada detikJatim, Rabu (11/1/2023).

Nanti, 57 armada feeder itu akan dioperasikan sebagai pendukung sejumlah bus yang telah beroperasi di Surabaya. Dengan adanya feeder itu, masyarakat di perkampungan di Surabaya akan terlayani transportasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami sedang setting halte, survei halte. Kami ingin agak masuk ke perkampungan," ujarnya.

Armada feeder yang berjumlah 57 unit itu, menurut Tundjung, berupa mini bus. Kendaraan itu nantinya tidak bisa mengangkut banyak penumpang seperti Suroboyo Bus.

ADVERTISEMENT

Kapasitas maksimal feeder itu hanya antara 10 hingga 12 penumpang saja sebagai transportasi lanjutan bagi masyarakat setelah turun dari Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, maupun bus listrik Trans Semanggi.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sempat menyinggung tentang feeder sebagai pendukung transportasi publik termasuk bus listrik agar seluruh transportasi terintegrasi.

"Kami juga akan gunakan feeder nanti. Jadi setiap wilayah yang menggunakan bus Surabaya akan kita siapkan feeder, dan feeder itu akan terpenuhi semua di tahun 2024. Sebagian kita gunakan listrik, itu komitmen kita," kata Eri.

Sebelumnya, Pemerhati Transportasi dari Unesa Dr Dadang Supriyanto juga pernah menyinggung tentang feeder sebagai bagian penting dari transportasi berkesinambungan di Jawa Timur, termasuk di Surabaya.

Dosen Teknik Transportasi Unesa yang kerap dilibatkan dalam penataan transportasi di Jatim itu mengatakan bahwa konsep transportasi massal di Surabaya seringkali tidak saling berkesinambungan.

Ia mencontohkan KA Komuter yang pada akhirnya ditinggalkan oleh peminat karena kurangnya evaluasi. Transportasi massal itu hanya bertahan 2 tahun lalu peminatnya berkurang kalau tidak mau dikatakan hilang.

"Karena apa? Koneksitas multimodanya tidak terbangun. Jadi pengguna merasa setelah berkereta api kok tidak ada kelanjutannya? Makanya sustainable transportation atau transportasi berkelanjutan itu harus dibangun," ujarnya.

Dadang pun menekankan adanya penataan transportasi feeder atau pengumpan yang harusnya dilakukan secara beriringan. Supaya masyarakat di perumahan dan perkampungan bisa terlayani dan tetap menggunakan transportasi publik.




(dpe/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads