Sejumlah warga Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan mengaku was-was. Ini menyusul rusaknya bangunan yang mereka huni akibat tanah gerak. Rumah yang telah puluhan tahun mereka tempati tampak rusak pada beberapa bagian.
"Pertama terjadi tahun 2017. Awalnya hanya retakan-retakan kecil," kata Senem (54), warga setempat kepada wartawan, Minggu (8/1/2023).
Kemunculan retakan tanah itu pertama kali terjadi di Dusun Krajan. Jumlahnya ada beberapa titik, tak terkecuali di rumahnya. Hanya dalam hitungan 5 tahun, rekahan makin memanjang. Bahkan kedalamannya mencapai 1 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Panjangnya ya segitu itu. Kalau 12 meter aja kan ada itu," imbuhnya sembari menunjuk bagian tanah gerak yang membelah bagian rumah dan pekarangan.
"Awalnya ndak ngira. Minggu kemarin dapurnya ambles. Pas dilewati ternyata bawahnya sudah retak semua," kata Senem sedih.
Meski dihantui rasa khawatir, namun Senem belum berniat pindah tempat tinggal. Padahal rumah yang dihuninya rawan roboh jika gerakan tanah terus terjadi.
Salah satu alasannya karena tak punya tanah hak milik di tempat lain. Tidak itu saja, relokasi membutuhkan biaya tak sedikit. Karenanya dia memilih mengamankan lokasi dengan menutup rekahan menggunakan terpal.
Warga di tempat rawan seperti Senem juga menggunakan cara unik membangun sistem peringatan dini. Yakni dengan menggantung aneka peralatan dapur di titik tanah gerak. Jika sewaktu-waktu terjadi pergerakan 'alarm' tersebut diharapkan berbunyi.
"Kalau ditanya takut apa ndak, ya takut. Tapi mau bagaimana lagi," tuturnya.
Kepala Desa Purworejo Agus Prasetyo mencatat sedikitnya 16 rumah terdampak tanah gerak. Jumlah itu menyebar di dua dusun. Yakni Krajan dan Demeling. Dari jumlah itu tiga tak layak huni. Sisanya rusak ringan hingga sedang.
"Dari retakan itu ada yang kena rumah penduduk, tapi belum bisa relokasi karena terkendala anggaran," jelas Agus.
Fenomena tanah gerak di desanya bukan kali pertama terjadi. Tahun 2015 dan 2017 silam, kondisi serupa sempat menimpa dusun Krajan dan Demeling. Bahkan saat itu beberapa kepala keluarga (KK) memilih mengosongkan kediaman mereka.
"Kami sudah lapor ke BPBD. kemudian dilakukan peninjauan dan pemasangan alat pendeteksi tanah gerak. Mudah-mudahan segera ada tindak lanjut," harapnya.
(dpe/iwd)