- Berikut sejumlah fakta jalan buntu mediasi penembokan akses jalan di Desa Beji Tulungagung: 1. Lewat waktu sepekan tembok tak kunjung dibongkar 2. Pemerintah desa sudah berupaya memfasilitasi berkali-kali mediasi 3. Persilakan keluarga yang ditembok menempuh jalur hukum 4. Akar permasalahan penembokan dipicu sakit hati dianjing-anjingkan
Masih ingat peristiwa penembokan di Tulungagung berujung 2 keluarga terjebak dipicu masalah perselisihan soal lahan? Mediasi telah dilakukan pihak keluarga yang berselisih. Kesepakatan sudah dicapai, keluarga penembok meminta waktu seminggu untuk membongkar tembok tersebut.
Namun, seiring berjalannya waktu, mediasi itu kembali menemui jalan buntu. Pihak keluarga yang mengaku sakit hati karena dianjing-anjingkan lalu mendirikan tembok yang menutup akses jalan hingga bagi 2 keluarga hingga terjebak telah berubah pikiran. Keluarga itu enggan membongkar tembok.
Berikut sejumlah fakta jalan buntu mediasi penembokan akses jalan di Desa Beji Tulungagung:
1. Lewat waktu sepekan tembok tak kunjung dibongkar
Rencana pembongkaran tembok yang berdiri menutup akses jalan di Desa Beji, Tulungagung gagal dilakukan. Upaya mediasi tembok kembali menemui jalan buntu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Desa Beji, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung Khoirudin mengatakan bahwa konflik antara keluarga Haryono dan Riyanto yang berujung penembokan itu sulit terurai.
Keluarga Riyanto yang sebelumnya meminta waktu sepekan akhirnya menarik diri, enggan membongkar tembok.
"Sampai saat ini belum dibongkar, tapi kalau akses 60 cm itu masih ada. Kami seperti lelah melakukan mediasi, berulang kali selalu gagal," kata Khoirudin kepada detikJatim, Rabu (4/1/2023).
2. Pemerintah desa sudah berupaya memfasilitasi berkali-kali mediasi
Upaya terakhir telah dilakukan Pemdes Beji, kata Khoirudin, pihak desa meminta keluarga Haryono mengirimkan surat secara resmi ke pemerintah desa.
Isi surat itu memohon agar tembok itu dibongkar. Surat itu ditindaklanjuti pemerintah desa dengan berkirim surat kepada keluarga Riyanto. Tapi jawaban dari Keluarga Riyanto bikin buntu.
"Kemudian keluarga Pak Riyanto membalas permintaan itu yang intinya tidak mau melakukan pembongkaran," ujarnya.
Kades Khoirudin mengatakan upaya mediasi telah digelar berulang kali bersama aparat kepolisian namun tetap menemui kebuntuan.
3. Persilakan keluarga yang ditembok menempuh jalur hukum
Tidak hanya menolak melakukan pembongkaran, Kades Beji Khoirudin menyebutkan bahwa keluarga Riyanto menyampaikan hal lain untuk keluarga Haryono.
Keluarga Riyanto mempersilakan keluarga Haryono bila memang hendak menempuh jalur hukum berkaitan dengan keberadaan tembok itu.
Kades Khorudin mengaku tidak tahu apakah keluarga Haryono akhirnya memutuskan mengambil langkah hukum atau tidak.
"Kami belum tahu apakah akan ada yang menempuh jalur hukum atau tidak, sampai saat ini belum ada laporan," ujarnya.
4. Akar permasalahan penembokan dipicu sakit hati dianjing-anjingkan
Penembokan akses jalan yang membatasi ruang gerak keluarga Haryono itu terjadi pada Selasa 20 Desember 2022 lalu.
Keluarga Riyanto membangun tembok itu dengan alasan sakit hati 'dianjing-anjingkan' oleh keluarga Haryono dan anak-anaknya.
Persoalan utama pemicu penembokan itu adalah konflik antarkeluarga. Keluarga Riyanto mengaku kesal karena sebagian tanahnya diklaim Haryono.
Puncak kemarahan terjadi setelah keluarga Riyanto mendapat makian dari keluarga Haryono. Terhadap kasus ini, pihak desa dan polisi sempat memfasilitasi mediasi hingga keluarga Riyanto memberikan akses jalan 60 cm kepada keluarga Haryono.
Keesokan harinya pemerintah dan kepolisian kembali melanjutkan mediasi di kantor Desa Beji. Saat itu keluarga Riyanto meminta waktu selama sepekan.
Namun setelah berunding dengan keluarganya Riyanto menyatakan enggan membongkar tembok tersebut hingga mediasi kembali menemui kebuntuan.
Ikuti berita menarik lainnya di Google News.
(dpe/fat)