Wakil Bupati Blitar (Wabup) Blitar Rahmat Santoso buka-bukaan soal alasannya ngotot mempertahankan seorang ASN bernama Riana sebagai ajudan istrinya. Rahmat sebelumnya sempat mengancam mundur gara-gara Riana katut dalam gerbong mutasi 650 ASN Blitar. Hari ini, Rahmat memastikan batal mundur usai Riana tak jadi mutasi.
Secara ekslusif kepada detikJatim, Rahmat mengungkapkan alasan kenapa dirinya tak mau Riana dimutasi. Dia menganggap orang-orang kepercayaannya sudah seperti keluarga.
"Jadi gini loh, sebenarnya nggak ada apa-apa, saya tidak mempermasalahkan yang lain-lain, soal 600-an ASN (dimutasi) buat saya nggak masalah. Kalau saya ini dekat sama A, itu dekat terus, sampai kayak keluarga, bahkan sopir semuanya sudah seperti keluarga," ungkap Rahmat ditemui di Pendopo Ronggo Hadinegoro, Rabu (4/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahmat melanjutkan, sebelum ajudan istrinya digeser, dia sempat didatangi oleh Fikri dan Biyan. Keduanya merupakan tim bayangan Bupati Rini Syarifah.
"Saya sudah di-warning sama Fikri dan Biyan untuk pergantian ADC (Aide de Camp). Mereka bilang minta mengganti semua ADC karena banyak anggaran yang tak ter-cover," kata Rahmat.
Namun, Rahmat tidak mau ADC atau ajudannya digeser. Dia lantas mempertanyakan alasan pergeseran ADC itu kepada Fikri dan Biyan.
"Saya bilang nggak usah, cukup ini aja, nggak ter-cover nggak papa. Setelah saya cek, karena saya punya rumah di jakarta, saya punya rumah di surabaya, sehingga nggak tev-cover-nya di mana?" tambahnya.
"Pertanyaan saya kan ke sana. Mereka bilang, 'nggak tercover-nya kalau bapak ke Surabaya, tidur di rumahnya sendiri. Padahal ada anggaran untuk tidur hotel'," sambung Rahmat.
Bagi Rahmat, tak masalah jika kegiatannya seperti di Surabaya dan Jakarta tidak dibiayai oleh anggaran Pemkab Blitar. Toh, Rahmat sudah punya rumah di Jakarta dan Surabaya. Yang paling penting, kata Rahmat, ajudan-ajudan yang selama ini bekerja dengannya tak diutak-atik.
"Kalau ke Jakarta maupun Surabaya kan saya ada rumah, ada keluarga saya. Kalau saya tidur hotel, istri saya bisa jerit-jerit. Wong bangun tidur (biasa) video call, terus istri lihat 'loh kamu tidur di hotel sama siapa saja?'," lanjutnya.
Rahmat mengungkapkan, dia tak sebatas membela ajudannya. Selama ini ajudannya kerap membantu tugas-tugasnya sehari-hari. Termasuk saat ajudannya mengingatkan soal penggunaan anggaran pemkab.
"Jadi saya tidak sebatas mbelani ajudan. Kalau ajudan saya melarang, saya dilarang, ya saya tidak akan melakukan. Misalnya contoh, 'aku beliin rokok dong', (ajudan menjawab) 'pak nggak ada anggaran untuk rokok', ya sudah saya pakai uang saya sendiri," ucapnya blak-blakan.
Rahmat memastikan bahwa alasannya ngotot mempertahankan Riana sebagai ajudan istrinya cukup logis. Selama ini Riana sudah banyak membantu tugas istri Rahmat sebagai Ketua PKK Kabupaten Blitar.
"Bukan mbelani Riana atau Riana itu perempuan, terus saya ada apa-apa, nggak. Jangan salah paham, Riana itu kesayangan istri saya," tandasnya.
Ikuti berita menarik lainnya di Google News.
(dpe/dte)