Seorang perempuan memilih bertahan di bawah tiang bendera Kantor Kabupaten (Kankab ) sampai bisa bertemu Bupati Blitar. Warga Kecamatan Nglegok ini ingin meminta penjelasan langsung dari Bupati Rini Syarifah soal carut-marut proses redistribusi lahan perkebunan Karangnongko.
Perempuan itu adalah Gendro Wulandari, satu di antara petani penggarap lahan redistribusi perkebunan Karangnongko Desa Modangan, Kecamatan Nglegok. Sejak Senin (19/12) pagi, dia mendatangi kantor Pemkab Blitar untuk menemui Bupati Rini Syarifah secara langsung.
Gendro ingin mendengarkan langsung keterangan dari sang bupati soal carut-marutnya proses redistribusi lahan eks Perkebunan Karangnongko sejak tahun 2021 lalu. Baginya, setiap warga berhak menemui sang bupati yang dulu dipilihnya. Menurutnya, sang bupati harus bertanggung jawab atas nasib warganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mak Rini itu bukan hanya bupatinya orang kaya atau pejabat saja yang bisa menemui. Mak Rini itu bupatinya warga Karangnongko juga kan, wajib bertanggung jawab atas nasib warganya. Jadi saya tetap menunggu sampai Mak Rini mau menemui," jawab Gendro kepada awak media yang menemuinya, Rabu (21/12/2022).
Bahkan, lahan yang inkrah sudah dinyatakan sebagai milik bekas petani penggarap, dirusak oleh orang tidak bertanggung jawab. Hasil panen mereka juga dirampas secara semena-mena. Perjuangan petani penggarap sudah dilakukan kepada semua pihak yang terkait dengan penanganan masalah ini. Namun, semua itu belum ada ujung pangkalnya hingga hari ini.
Kini, Gendro berinisiatif seorang diri menemui bupati. Ada beberapa pihak yang sudah menemuinya. Namun, perempuan perkasa ini menganggapnya percuma. Sebab, mereka yang menemuinya bukan pihak pembuat keputusan.
"Percuma, buat apa ditemui orang lain ,wong mereka bukan pembuat keputusan. Kami sengsara bertahun-tahun, susah-susah nanami lahan terus dirusak begitu saja dan Mak Rini tetap duduk manis di dalam sana. Saya akan tetap di sini pokoknya," jawabnya lugas.
Malam pertama, dia dibantu kakeknya mendirikan tenda. Namun, Satpol PP menyuruh mereka membongkarnya. Padahal, di depan lapangan tempat mereka bertahan, puluhan lapak pedagang kaki lima bebas berdiri tanpa dirapikan. Gendro hanya mampu duduk diam menunggu sang pemimpin Kabupaten Blitar dan tidur beralaskan tikar.
Seperti siang ini, di bawah terik matahari yang menyengat, Gendro tetap bertahan. Dua malam yang dingin juga telah dilaluinya dengan keinginan kuat mendapatkan keadilan.
"Apa sih susahnya nemui warga? Seperti apa penjelasan Mak Rini, kenapa redis Karangnongko carut-marut sampai saat ini? Tak tunggu, nginep lagi. Kalau Mak Rini begitu keras nggak mau nemui warganya, saya juga akan lebih keras kepala," tukasnya.
(dpe/dte)