Keluarga Haryono yang berada di balik tembok yang dibangun keluarga Riyanto di Desa Beji, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung masih kesulitan akses. Keluarga yang berjualan soto itu tidak bisa memasukkan rombong (gerobak0 karena akses yang diberikan Riyanto terlalu kecil.
Akses darurat yang diberikan oleh Riyanto pada tembok yang dibangun itu setinggi kurang lebih 120 cm dengan lebar sekitar 60 cm. Pintu kecil itu hanya bisa diakses 1 orang secara bergantian. Tidak mungkin memasukkan rombong soto melalui pintu tersebut.
Widiastuti, putri Haryono mengaku pembangunan tembok itu berdampak besar pada akses keluarganya. Termasuk aktivitas perekonomian yang sedang dia jalankan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kan jualan soto, dengan akses seperti itu rombong saya nggak bisa masuk. Biasanya rombongnya keluar masuk ya lewat sini. Kan jadi merepotkan tetangga karena rombong harus saya titipkan ke tetangga," kata Widiastuti.
Tak hanya itu, Widiastuti juga mengeluhkan akses darurat yang diberikan Riyanto yang sangat terbatas dan tidak bisa dilewati sepeda motor. Akibatnya untuk sementara waktu ini sepeda motor milik keluarganya turut terjebak tembok, tidak bisa keluar.
"Sepeda motor juga nggak bisa keluar masuk," katanya.
Haryono selaku kepala keluarga yang menjadi korban penembokan itu mengaku polemik jalan itu dengan keluarga Riyanto memang sudah lama terjadi. Sebelumnya ia bahkan pernah menandatangani surat kesepakatan terkait penggunaan akses jalan itu.
Tidak hanya itu Haryono menceritakan riwayat jalan itu sejak puluhan tahun silam. Bahwa keluarganya dan warga memanfaatkan jalan yang diblokir itu untuk akses jalan. "Usia saya sudah 80 tahun, sejak dulu lewatnya, ya, jalan ini," katanya.
Soal hasil mediasi yang disepakati dengan pembongkaran tembok Haryono mengaku memasrahkannya kepada pihak keluarga Riyanto dan pemerintah desa selaku mediator.
Kepala Desa Beji Khoirudin mengatakan hingga saat ini tembok pembatas yang dibangun keluarga Riyanto masih berdiri kokoh. Lubang 60 cm x 120 cm sebagai akses keluar masuk keluarga Haryono itu berada di sisi selatan tembok.
"Kondisi saat ini masih sama dengan kemarin. Kami menunggu langkah Pak Riyanto untuk membongkar tembok itu. Kemarin Pak Riyanto minta waktu satu minggu," kata Khoirudin, Rabu (21/12/2022).
Menurutnya meskipun belum dibongkar total, pihaknya memastikan keluarga Haryono saat ini bisa keluar masuk melalui pintu darurat. Meski demikian pihaknya mengakui akses itu memang masih terbatas dan hanya bisa diakses satu orang secara bergantian.
Kades berharap konflik antartetangga yang berujung penembokan bisa segera terselesaikan. Pihaknya berharap masyarakat dapat hidup secara rukun dengan tetangga maupun keluarga.
Sebelumnya, keluarga Riyanto memblokade akses menuju rumah keluarga Haryono dengan membangun tembok di lahan miliknya. Saat terjadi penembokan 4 anggota keluarga Haryono sempat terisolasi selama lebih dari 10 jam.
Pemblokiran akses merupakan puncak kekesalan keluarga Riyanto terhadap keluarga Haryono yang disebut sering mengklaim akses jalan sebagai tanah miliknya dan telah bersertifikat. Tak hanya itu pemblokiran juga dipicu caci maki yang membuat Riyanto sakit hati.
(dpe/iwd)