Ali Fauzi Tegaskan Pelaku Bom Bunuh Diri Tak Disponsori Pemerintah

Ali Fauzi Tegaskan Pelaku Bom Bunuh Diri Tak Disponsori Pemerintah

Eko Sudjarwo - detikJatim
Rabu, 07 Des 2022 18:37 WIB
Identitas pelaku bom Astana Anyar Bandung sudah diketahui. Pelaku adalah laki-laki yang dilaporkan tewas usai ledakan di Polsek Astana Anyar, Rabu (7/12/2022).
Bom bunuh diri di Bandung. (Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Lamongan -

Ali Fauzi, Pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) sekaligus adik trio pelaku Bom Bali 2002 menegaskan bahwa para kelompok pelaku bom bunuh diri yang selama ini meneror Indonesia itu memang ada. Bukan disponsori oleh pemerintah.

"Harapan saya yang utama adalah kita perlu menyamakan perspektif terhadap dinamika terorisme di Indonesia. Bahwa terorisme ini ada dan bukan disponsori oleh pemerintah, melainkan oleh kelompok-kelompok yang ingin menggulingkan Indonesia," jelasnya kepada detikJatim, Rabu (7/12/2022).

Masyarakat, menurut Ali, perlu diberi pemahaman tentang aksi terorisme agar tidak sedikit-sedikit mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa itu adalah rekayasa, pengalihan isu, operasi intelijen dan lain sebagainya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kalau kita melihat faktanya saja memang tidak rasional, orang mau mengorbankan nyawa seperti itu. Tapi di kelompok ini, mengorbankan nyawa, mengorbankan anak, istri, itu sudah biasa," ujarnya.

Sebelum polisi mengumumkan para pelaku bom di Kantor Polsek Astana Anyar Bandung adalah jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Ali Fauzi sudah sempat menyebutkan bahwa pelakunya memang mereka.

ADVERTISEMENT

Menurut Ali, peristiwa yang terjadi di Kantor Polsek Astana Anyar Bandung itu tidak jauh berbeda dengan peristiwa yang terjadi 2 atau 3 tahun lalu. Pelakunya, kata Ali, adalah anggota dari jaringan JAD.

"Ya melihat metodenya, tentu tidak beda dengan 2 atau 3 tahun yang lalu, tidak jauh dari yang adalah dilakukan oleh JAD," ungkapnya.

Adanya peristiwa ini, Ali Fauzi berharap persamaan perspektif terhadap dinamika terorisme di Indonesia. Persamaan persepsi dalam terorisme itu agar pemerintah dan masyarakat bisa mencegah bersama-sama.

Proses moderasi beragama misalnya atau dengan jalan deradikalisasi. Program seperti itu menurutnya harus melibatkan semua masyarakat, bukan hanya polisi, TNI, atau Lapas. Keberadaan NU dan Muhammadiyah menurutnya juga sangat penting.

"Apalagi keberadaan eks napiter yang sudah rujuk dengan NKRI itu perlu dimunculkan. Perlu dibuatkan kegiatan-kegiatan yang produktif sehingga mereka bisa menyadarkan mereka-mereka yang masih anti NKRI," katanya.




(dpe/dte)


Hide Ads