Ledakan bom bunuh diri di Kantor Polsek Astana Anyar, Kota Bandung dan ditemukan potongan badan manusia pagi tadi. Pakar dan peneliti terorisme dari Surabaya menyebut pelaku terorisme memanfaatkan momen atas disahkannya RKUHP kemarin.
Pakar dan peneliti terorisme Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UIN-SA) Surabaya Prof Akh Muzakki mengatakan aksi itu memanfaatkan momen pengesahan RKUHP. Itu terlihat dari motor pelaku bom bunuh diri.
Di depan motor berwarna biru milik pelaku, ditempelkan kertas bertuliskan "KUHP Hukum Syirik/Kafir. Perangi Para Penegak Hukum Setan. QS 9:29"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kan, di antaranya juga memanfaatkan momen sentimen negatif atas disahkannya RKUHP kemarin. Saya lihat sedang dilacak kepolisian, apakah motor yang ada pesan di depannya bahwa KUHP itu kafir dan lainnya. Apakah ada kaitannya dengan itu, kita tunggu dari penyidikan kepolisian," kata Muzakki kepada detikJatim, Rabu (7/12/2022).
Muzakki yang juga Rektor UIN-SA Surabaya mengatakan bahwa berdasarkaan peta sejarah terorisme terakhir, di awal 2000-an yang menjadi sasaran adalah tempat berkumpulnya ekspatriat dan wisatawan asing. Namun, 10 tahun terakhir sasarannya lebih pada titik pertahanan keamanan markas kepolisian maupun Istana Merdeka.
Dia juga mencatat bahwa terorisme lebih banyak menyasar lokasi pertahanan keamanan seperti Polsek sebagai objek serangan. Soal pemilihan lokasi ini Muzakki berpendapat bahwa pelaku bom bunuh diri ini sebenarnya ingin mengirimkan dua pesan di luar momentum pengesahan KUHP tersebut.
Pesan pertama bahwa sehebat apa pun yang dilakukan negara, BNPT, Densus 88, dan lainnya mereka ingin menunjukkan bahwa akar terorisme masih kuat. Terorisme masih ada dan akan tetap bermunculan. Itulah pesan yang menurut Muzakki ingin ditunjukkan melalui serangan bunuh diri.
"Kedua, yang mereka lakukan, pesan mereka ingin menebar teror. Karena kalau mereka menyasar tempat-tempat wisata itu kan tidak terlalu besar teror yang mereka kirim. Kecenderungan terbaru dalam dua tahun terakhir selalu kepada titik-titik pertahanan keamanan dan kepolisian. Sekarang terjadi di Polsek Astana Anyar. Itu pesan yang ingin disampaikan ke publik. Kalau serangan yang lain sia-sia, ini aja mampu dibobol. Itu kira-kira," jelasnya.
Aksi bom bunuh diri ini juga untuk mengetes keamanan pertahanan kepolisian. Jika dari sisi "testing the water", terorisme ingin mengetes dan melihat respon dari tindakan yang dilakukan. Sebab mereka juga sudah melakukan banyak rangkaian di markas kepolisian.
"Sebelumnya di depan Istana Merdeka, meskipun pistol yang dibawa tanpa peluru. Tapi tetap saja, bagi mereka objek markas keamanan itu penting. Bagi mereka sebagai simbol atas tebaran teror yang mereka lakukan," pungkasnya.
Kini, setelah meledaknya bom bunuh diri di Kantor Polsek Astana Anyar, Kota Bandung, Muzakki berpendapat para pelaku terorisme lainnya akan tiarap. Tak benar-benar diam, para pelaku terorisme akan melihat dan membaca kecenderungan kondisi yang ada.
"Setelah melakukan bom bunuh diri dan mereka sukses, mereka tiarap. Karena mereka tahu bahwa aparat keamanan sedang melakukan proses penguatan dan penebalan keamanan di semua sektor. Pasti mereka tiarap. Sambil menunggu momen-momen lagi," ujarnya.
(dpe/fat)