Secara umum, artileri memiliki tiga arti. Artileri bisa berarti senjata untuk melontarkan proyektil, pasukan tentara yang bersenjata berat atau ilmu tentang mempergunakan senjata.
Artileri menjadi andalan bagi satuan-satuan tempur di dunia termasuk Korps Marinir. Daya artileri dijadikan faktor penentu dan dominan, yang akan dianggarkan oleh musuh.
Baca juga: Mengenal Marinir di HUT Ke-77 |
Sejarah artileri di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda. Kala itu, Belanda melatih beberapa pemuda untuk mengoperasikan artileri.
Itu yang menjadi bekal pemuda Indonesia untuk mengoperasikan senjata berat. Itu juga menjadi cikal-bakal lahirnya Hari Artileri Nasional. Meskipun pada masa tersebut, artileri masih di bawah komando Belanda.
Para pemuda yang mendapat pelatihan artileri dari Belanda yakni Soerio Santoso, Memet Rahman Ali Soewardi, Sadikin, Oerip Soemohardjo, Raden Askari. R M Pratikno Suryosumarno, Tjhwa SiongPik, Giroth Wuntu, Rudy Pirngadi, Abdullah, J Minggu, Aminin, dan T B Simatupang.
Dalam situs resmi Universitas Krisnadwipayana dijelaskan, artileri merupakan persenjataan darat paling mematikan dan efektif dalam Perang Napoleon, Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Pada 1944, Joseph Stalin mengatakan dalam sebuah pidato, artileri merupakan 'Tuhan Perang'. Perwira artileri paling terkenal dalam sejarah Napoleon.
Awalnya, istilah artileri digunakan untuk menyebut peralatan berat yang menembakkan proyektil di medan perang. Istilah itu juga dipakai untuk mendeskripsikan tentara yang tugasnya menjalankan alat-alat tersebut.
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) lahir pada 5 Oktober 1945. Kapten Soewandi memimpin latihan untuk bertempur menghadapi Sekutu di tanggal 10 November 1945 di Surabaya.
Markas artileri diresmikan Letnan Jendral Oerip Soemohardjo pada 4 Desember 1945. Komandan artileri pertama dijabat Letnan Kolonel RM Pratikno Suyosumarno. Komandan Diklat TNI Angkatan Darat menetapkan setiap 4 Desember diperingati sebagai Hari Artileri Nasional.
Artileri di TNI AD
Dalam TNI AD, artileri meliputi Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) dan Artileri Medan (Armed). Arhanud terdiri dari meriam dan peluru kendali antipesawat udara. Sedangkan Armed terdiri dari meriam, howitzer, mortir berat dan roket.
Artileri TNI AD sudah ada sejak 14 Desember 1945. Pasukan militer harus memiliki artileri saat menjalankan misi.
(sun/iwd)