Saat Wali Kota Eri Marah karena Pelayanan RSUD dr Soewandhie Tak Maksimal

Saat Wali Kota Eri Marah karena Pelayanan RSUD dr Soewandhie Tak Maksimal

Esti Widiyana - detikJatim
Senin, 28 Nov 2022 16:22 WIB
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat sidak ke RSUD dr Soewandhie
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat sidak ke RSUD dr Soewandhie. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi naik pitam saat sidak ke RSUD dr Soewandhie. Eri marah lantaran pelayanan kepada pasien lama dan berkas-berkas amburadul.

Di hadapan jajaran RSUD dr Soewandhie, Eri mengamuk. Dengan tatapan mata melotot dan nada tinggi, ia menanyakan alasan mengapa pasien yang dilayani tidak sesuai dengan urutan.

Mulanya, sekitar 12.30 WIB Eri menyapa beberapa pasien di lobi RSUD dr Soewandhie. Kemudian ada pasien yang wadul ke Eri karena ia sudah tiba sejak pukul 07.30 WIB, namun hingga siang belum juga dilayani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya, Eri mengajak pasien ke lantai dua dan mencari karyawan RSUD dr Soewandhi. Kemudian, mereka masuk ke sebuah ruangan dengan banyak berkas-berkas dan pegawai.

Eri juga mengancam akan mengganti para karyawan RSUD dr Soewandhie. Sebab, mereka dinilai tidak inovatif dengan pelayanan medis kepada pasien.

ADVERTISEMENT

"Kon tak habisi kabeh loh kon ngkok (kamu tak habisi semua loh kamu nanti). Aku sudah bilang buat inovasinya, jangan nunggu setengah 8, baru masuk setengah 1. Alasan tahu? Denger kamu? Ngomongnya apa? Nggak bisa karena dari bawah belum masuk," amuk Eri kepada beberapa pegawai di dalam ruangan yang ada di lantai 2 tersebut, Senin (28/11/2022).

"Ada yang nomor dukur (tinggi) masuk dulu karena ininya (datanya cepat ditemukan) cepat. Itu ada nomor 28 belum masuk, tapi nomor 70 wes (sudah) masuk. Dasarnya apa? Yokopo iki? (bagaimana ini)," sambungnya masih dengan nada tinggi.

Ia pun meminta para pegawai untuk berpikir terhadap pasien dan masyarakat. Di mana pasien yang ada di bawah sedang antre karena sakit.

"Iki loh pikiren lah. Masyarakat loro nang kunu. (Ini loh dipikirkan lah. Masyarakat sakit di situ)," ucapnya.

Kemudian Eri melihat berkas-berkas yang ada di ruangan tersebut. Emosinya pun makin meluap ketika melihat berkas yang amburadul.

"Kayak gini itu diatur lah. Diubah kayak gini. Rumah sakit model gini. Urut. Miring kabeh ngene ga onok seng delok (miring semua gini tidak ada yang melihat)," tegasnya.

Lalu, ia mendengar ada salah satu pegawai yang tiba-tiba menyeletuk. Eri pun langsung memanggil pegawai perempuan berbaju dinas berwarna cokelat itu.

"Sopo seng kate ngomong, rene, rene. Sini. Sopo seng ngomong mereng-mereng ga dijopok, sini. Koen sing ngomong (sambil nunjuk) (Siapa yang mau bicara, sini, sini. Sini. Siapa yang bicara miring-miring tidak diambil, sini. Kamu yang bilang? (Sambil menunjuk). Sini. Matamu lihat sini. Kamu lihat masalaahnya di bawah sama aku," teriaknya dengan mata melotot.

Eri pun menghampiri pegawai perempuan itu. Namun pegawai tersebut mengatakan jika ia tak mengatakan hal seperti yang dimaksud Eri.

"Saya tuh nggak ngomong seperti itu pak," kata pegawai perempuan dengan nada lirih.

Pegawai perempuan itu pun langsung ditarik tangannya dan diajak ke bawah atau ke antrean pasien. Sambil menunggu lift terbuka, Eri menegaskan bahwa dia bisa benar-benar marah.

"Lihat msyarakat susah, itu gara-gara polahmu. Kamu lihat itu. Aku bisa marah betul," tukasnya.




(dpe/dte)


Hide Ads