Video sejumlah warga membawa keranda menyeberangi sungai viral di media sosial. Warga di video itu ternyata merupakan warga Ponorogo.
Tampak di dalam video itu belasan orang dewasa bergotong royong memanggul keranda berisi jenazah melewati sungai yang cukup dalam.
Tinggi air sungai itu tampak menyentuh perut mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditelusuri, lokasi di video itu ada di Sungai Semblumbung, Dusun Menggungan, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Babadan, Ponorogo.
Bukan sekali ini aktivitas pemakaman jenazah warga setempat viral. Tahun 2020 lalu, kejadian serupa sempat terjadi dan juga viral.
Penyebabnya, karena tak adanya jembatan di atas sungai itu. Meski warga suatu mengajukan, tapi jembatan yang diharap-harapkan tak kunjung berdiri.
Salah satu warga Ahmad Darori mengatakan sebenarnya warga sudah berinisiatif membuat jembatan sesek secara mandiri.
Tidak hanya sekali, warga bahkan sudah dua kali membangun jembatan tetapi dua-duanya hanyut terseret arus banjir.
"Jadi ini jalan satu-satunya menuju makam Gedong, warga biasanya melintasi sungai menuju makam," kata Darori, Sabtu (26/11/2022).
Ia mengatakan pemakaman di video yang beredar viral itu terjadi Sabtu (26/11) pagi. Ada salah satu warga yang meninggal hendak dimakamkan di makam Gedong.
"Kejadiannya tadi pagi, karena ini akses satu-satunya akhirnya warga nekat melintasi sungai. Soalnya makam Gedong itu tempat kakek, buyut, dan mbah di sana. Saya pun kalau meninggal maunya dimakamkan di sana," kata Darori.
Sebenarnya ada jalan alternatif lainnya. Tetapi warga harus memutar melalui Desa Cekok, Kecamatan Babadan sejauh 2 hingga 3 kilometer.
Warga tak mampu jika harus menggotong keranda dengan berjalan kaki menempuh perjalanan yang memutar cukup jauh itu.
"Jadi mau nggak mau, warga harus lewat sini kalau mau memakamkan jenazah," imbuh Darori.
Jembatan itu vital buat warga. Baca di halaman selanjutnya.
Darori pun berharap ada perhatian dari Pemkab Ponorogo untuk pembangunan jembatan. Sebab jembatan ini vital bagi warga.
"Namanya orang melayat atau takziah, pasti takut dan khawatir kalau lewat sungai. Kan ada yang bisa berenang dan nggak, takut kalau ada yang tenggelam atau hanyut kan bahaya," pungkas Darori.
Lurah Kadipaten Arifian Widarto mengakui sudah jadi kebiasaan warga ingin keluarganya dimakamkan di Makam Gedong.
Padahal, di dusun itu sudah ada lokasi pemakaman baru. Tetapi warga tetap memilih dimakamkan bersama kakek buyutnya di Makam Gedong.
"Warga sini maunya dimakamkan di sana (Gedong) karena ada mbah buyutnya. Padahal di sebelah juga ada makam baru," tutur Arifian.
Dia juga membenarkan bahwa warga sudah dua kali membangun jembatan sesek, namun jembatan itu rusak setelah diterjang banjir.
"Dua kali, betul. Kena banjir hanyut. Akhirnya warga nekat melintas di sungai," terang Arifian.
Mengingat vitalnya jembatan itu bagi warga, dirinya akan mengajukan permohonan pembangunan jembatan untuk akses warga ke pemakaman.
"Setelah ini saya akan mengajukan ke Pemkab untuk pembangunan jembatan untuk warga saya, entah jembatan permanen atau jembatan gantung," tandas Arifian.