Orangtua mana yang tidak syok dan kaget mendengar anaknya luka setelah ditendang ramai-ramai dan dibully kakak kelasnya. Edi Subandi, ayah MWF mengaku anaknya mengalami pembengkakan otak.
Mendengar penjelasan dokter, dirinya tertegun dan tidak percaya. Tubuhnya lemas dan tangannya gemetaran. Dia tidak mampu berkata apa-apa. Anaknya yang baru sembuh dari sakit thypus harus mengalami kejadian yang menyesakkan dada.
"Kemarin CT-Scan dan hasilnya barusan dikasih tahu dokter. Kita dengarnya syok, karena ada pendarahan di otaknya itu hampir semua. Sama di otaknya mengalami pembengkakan," ujar Edi saat dihubungi detikJatim, Kamis (24/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edi bersama keluarga mengaku tidak menyangka jika cedera yang dialami MWF cukup parah. Edi pun mengaku gemetar mendengar hasil pemeriksaan dari dokter tersebut.
"Dengar berita (penjelasan dokter) masih gemetaran. Kita belum bisa memberikan keterangan lebih panjang untuk sementara ini," kata Edi.
Korban mengalami kritis saat masuk rumah sakit usai mengalami perundungan dan bully kakak kelasnya. MWF dianiaya kakak kelasnya saat pulang sekolah, Jumat (11/11/2022). Penganiayaan dilakukan di Bendungan Sengguruh di depan sekolahnya.
"Pengakuan anak saya, dia dari parkiran diseret tiga atau empat anak, kurang jelas, diseret ke Bendungan. Dianiaya di situ. Ditendang kepalanya, dadanya, sempat sesak nafas," terang Edi.
Setelah kejadian tersebut, pada Sabtu (12/11/2022) MWF tidak masuk sekolah karena muntah tidak berhenti-berhenti dan mengalami sakit kepala. Selama beberapa hari kondisi korban semakin memburuk, kejang-kejang hingga sempat tak sadarkan diri (koma).
Korban pun dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Kasus perundungan ini telah dilaporkan polisi dan sedang dalam proses penyelidikan.
"Harapannya untuk proses (hukum) ya dilakukan sesuai hukum yang berlaku, biar jera dan tidak timbul masalah seperti ini lagi," tandas Edi.
Atas kejadian ini, 12 saksi diperiksa. Mereka yakni 7 ABH (Anak yang Berhadapan dengan Hukum), guru, 3 teman korban, keluarga korban.
"5 Lainnya 1 keluarga korban, 1 guru, 3 teman korban yang mengetahui peristiwa perundungan," kata Kapolres Malang AKBP Putu Kholis.
Simak video 'Perkembangan Kasus Siswa SD Di-bully Kakak Kelas Hingga Koma':