Sistematisnya Penghadangan Aktivis di Probolinggo Dalam Narasi Greenpeace

Sistematisnya Penghadangan Aktivis di Probolinggo Dalam Narasi Greenpeace

Tim detikJatim - detikJatim
Rabu, 09 Nov 2022 05:03 WIB
Penghadangan Aktivis Greenpeace di Kota Probolinggo
Penghadangan Aktivis Greenpeace di Kota Probolinggo. (Foto: Istimewa)
Kota Probolinggo -

Tak hanya dihadang di Probolinggo, Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak menyatakan bahwa 15 orang tim aktivis Greenpeace yang sedang kampanye bersepeda ke Bali telah diintimidasi sejak di Semarang. Dalam narasi yang disampaikan melalui keterangan tertulis, penghadangan itu terkesan sangat sistematis.

Semua bermula dari penghadangan aktivis Greenpeace yang sedang singgah di home stay di Jalan Suroyo, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo oleh sekelompok orang yang mengaku bagian dari LSM Tapal Kuda Nusantara (TKN).

Leonard menjelaskan bahwa mereka yang dihadang LSM TKN itu adalah Tim Chasing the Shadow Greenpeace yang sedang mengampanyekan aktivitas bersepeda sebagai solusi iklim bagi Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kegiatan bersepeda adalah salah satu cara kami dalam mempromosikan solusi iklim untuk menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik. Sepeda merupakan simbol kendaraan yang paling minim emisi sebagai solusi iklim," ujar Leonard dalam siaran pers yang diterima detikJatim, Selasa (8/11/2022).

Dia sampaikan juga bahwa berdasarkan dokumen National Determined Contribution (NDC), jika Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, transisi energi adalah hal mutlak yang harus dilakukan secara serius, ambisius, dan adil.

ADVERTISEMENT

"Hal itu merupakan seruan Tim Pesepeda Chasing the Shadow Greenpeace yang disampaikan secara damai, kreatif, dan terbuka," katanya.

Soal jumlah tim Greenpeace yang sedang kampanye bersepeda ke Bali, Leonard menyebut sebanyak 15 orang. Sebenarnya, yang bersepeda hanya hitungan jari, tapi mereka didampingi oleh tim pendukung.

"Kalau yang bersepeda itu sekitar 5 atau 6 orang. Kemudian ada tim pendukungnya. Ya sekitar 15 orang," kata Leonard.

Penghadangan hingga pengusiran 15 orang Tim Chasing the Shadow Greenpeace oleh sekelompok orang dari LSM TKN itu terjadi pada Senin (7/11). Tim pesepeda Greenpeace itu diminta segera meninggalkan Kota Probolinggo, bahkan diantar hingga ke perbatasan kabupaten.

Ketua Umum TKN Eko Karso Prasetyo bersama anggota LSM-nya menolak kehadiran aktivis Greenpeace dengan alasan menjaga situasi tetap kondusif menjelang pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi G20 Bali yang akan dilaksanakan pada 15-16 November 2022.

TKN menuding bahwa para aktivis Greenpeace itu sedang berupaya mengacaukan kegiatan KTT G20 dengan berbagai kampanye lingkungan serta global warming yang sedang dijalankan aktivis Greenpeace. "Visi misi mereka adalah iklim global," ujar Eko kepada wartawan, saat kejadian.

Bambang petugas jaga home stay Suroyo mengatakan aksi penghadangan dan pengusiran itu terjadi Senin sore ketika para aktivis Greenpeace hendak beristirahat di kamar nomor 10 yang dipesan melalui aplikasi.

"Kejadian sekitar 1 jam, puluhan orang datang dari anggota LSM Tapal Kuda Nusantara. Tidak ada adu fisik, cuma adu mulut dan dari anggota Greenpeace disuruh bikin surat pernyataan untuk mengurungkan niatnya (ke Bali)," kata Bambang.

Greenpeace justru meminta pemerintah menghentikan upaya represif terhadap aktivis. Baca di halaman selanjutnya.

Simak Video 'Greenpeace Soal Penghadangan Aktivis: Mencederai Demokrasi!':

[Gambas:Video 20detik]



Kepada detikJatim petugas jaga home stay tempat aktivis Greenpeace menginap, Bambang, mengatakan bahwa dia sempat mendengar pengakuan dari salah satu aktivis Greenpeace. Yang mana para aktivis itu sudah mendapatkan intimidasi sejak berada di Semarang, Jawa Tengah.

"Salah satu anggota dari Greenpeace itu mengatakan intimidasi sudah sejak dari Semarang," kata Bambang.

Leonard selaku Kepala Greenpeace Indonesia menambahkan bahwa intimidasi itu semakin menjadi-jadi saat timnya bergerak dari Semarang ke Surabaya. Mereka mendapat teror berupa pengintaian dari orang tidak dikenal dan indikasi perusakan kendaraan.

Puncaknya terjadi saat perjalanan menuju Probolinggo. Aktivisnya diancam secara terang-terangan bila tetap melanjutkan perjalanan ke Bali. Tidak hanya ancaman secara lisan penggembosan ban kendaraan juga sudah dilakukan.

"Kami menilai hal ini sangat merusak prinsip demokrasi dan mencederai kebebasan berpendapat yang dijamin dalam konstitusi negara ini. Pola represif semacam ini juga banyak terlihat dalam kasus-kasus perampasan lahan, seperti di Kendeng dan Kulonprogo," ujar Leonard.

Bukannya mempermasalahkan LSM yang telah menghadang timnya, atas peristiwa penghadangan itu Leonard justru mengkritik pemerintah yang dalam berbagai kesempatan tidak bisa berjalan sendiri menangani krisis iklim tapi justru melakukan tindakan represif terhadap aktivis lingkungan.

"Ironisnya, partisipasi warga negara untuk menyuarakan krisis iklim sekaligus solusinya justru dihadapkan pada tindakan represif dan pembatasan ruang demokrasi. Padahal, ruang demokrasi bagi masyarakat sipil adalah prasyarat untuk mewujudkan keadilan iklim. Karenanya kami mendesak agar pemerintah menghentikan upaya represif terhadap aktivis yang tengah menyuarakan keadilan iklim," lanjut Leonard.

Atas perlakuan itu Leonard menyatakan Greenpeace Indonesia masih memperhitungkan apakah akan tetap melanjutkan kampanye ke Bali atau tidak, mengingat pihaknya memperkirakan masih akan ada gangguan di kota-kota selanjutnya.

"Karena potensi gangguan dan ancaman kami deteksi masih ada di perjalanan selanjutnya," imbuhnya.

Meski telah menarasikan bahwa timnya telah mendapat intimidasi serta penghadangan secara sistematis, Leonard maupun para aktivis yang dihadang dan diusir di Kota Probolinggo tidak melaporkan hal itu ke polisi.

Kapolres Probolinggo Kota AKBP Wadi Sabani mengaku belum menerima laporan apapun dari Greenpeace meski dalam kabar yang dia terima sempat dihadang oleh sekelompok orang.

"Saya dari hari Minggu di Banyuwangi ada giat pengamanan KTT G20. Saya cek ke anggota di kantor tidak ada laporan dari masyarakat atau LSM Greenpeace terkait aksi penghadangan dan pengusiran," kata Wadi kepada detikJatim.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)


Hide Ads