Sungguh malang nasib pawang ular di Trenggalek, Imam Rokhani (49). Wagra warga Desa Ngrayung, Kecamatan Gandusari, Trenggalek ini tewas dipatuk ular King Kobra kesayangannya. Saat ini, ular tersebut telah dievakuasi oleh tim Panji Petualang.
Diketahui, ular sepanjang 4,5 meter ini telah dipelihara Almarhum Imam Rokhani selama 5 tahun. Peristiwa tewasnya Imam terjadi saat ia hendak memberi air minum kepada ularnya, Minggu (23/10).
Akibat patukan ular berbisa itu, Imam sempat dilarikan ke RSUD dr Soedomo Trenggalek. Namun, nyawanya tak tertolong. Kini, usai ular dievakuasi Panji Petualang, keluarga meminta ular dikembalikan. Kenapa ya? detikJatim menghimpun fakta terbaru soal King Kobra ini:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Keluarga Minta Ularnya Dikembalikan
Pemilik CV Fape (Export-Import Animal) Surabaya, komunitas yang berafiliasi dengan Panji Petualang, Diky Firmansyah mengevakuasi langsung ular ini dari Trenggalek. Saat ini, ular tersebut diamankan sementara oleh Diky di Siwalankerto, Kecamatan Wonocolo, Surabaya.
Namun, keluarga Imam meminta ularnya dikembalikan. Diky pun mengaku kesal. Sebab, keluarga korban pemilik ular justru meminta agar satu dari dua ular King Kobra tersebut dikembalikan ke Trenggalek. Lalu, dilepasliarkan di sekitar rumahnya.
"Keluargane sempet telepon, njaluk dibalekno, Mas. (Keluarganya kobran sempat menghubungi saya, minta ular dikembalikan)," kata Diky kepada detikJatim, Jumat (28/10/2022).
2. Keluarga Ngaku Dapat Mimpi
Keluarga korban beralasan mendapat mimpi dari almarhum Imam agar ularnya dilepasliarkan ke alam bebas.
"Alasane diimpeni karo sing duwe, jaluk dilepas ning kono ae. (Alasannya dia didatangi dalam mimpi sama almarhum, minta dilepas di sana saja)," imbuhnya.
3. Tim Panji Menolak Kembalikan Ularnya
Namun, Diky menolaknya secara tegas. Ia mengaku enggan, sebab ia sendiri yang mengeluarkan seluruh biaya dan tenaga saat evakuasi. Diky menyebut, perjalanan menuju Trenggalek ditempuh menggunakan mobil dengan biaya sendiri.
"Tak warah aku emoh, wes kadung tekok Suroboyo. Opo maneh nak kono aku gak oleh sangu blas, mek dikeki kopi (Saya bilang tidak mau, sudah terlanjur sampai Surabaya. Apalagi di Trenggalek saya tidak diberi uang saku sama sekali, cuma diberi kopi saja)," ujarnya.
Warga Siwalankerto utara Surabaya itu menyatakan, justru ia masih terkejut. Sebab, saat evakuasi, ia sempat diajak konferensi pers, namun setelahnya para pejabat hilang dengan sendirinya
"Wingi mek diajak konpers tok, marine iku plencing dewe-dewe, Mas. (Kemarin cuma diajak konpers saja, setelah itu hilang sendiri-sendiri, Mas)," tuturnya.
Ia mengeklaim, seluruh biaya yang digunakan baik akomodasi maupun evakuasi, dari dirinya sendiri. Maka dari itu, ia enggan mengembalikan ular itu.
"Kabeh, termasuk akomodasi, gawe duwikku dewe, Mas. Mangkakno aku warah, lek gelem jupuken dewe ulo e nak Suroboyo, soale lek aku mrono maneh emoh, pegel trus entekno biaya. (Semua, termasuk akomodasi pakai duit sendiri, Mas. Makanya, saya bilang kalau mau ambil sendiri ularnya ke Surabaya, karena kalau saya nggak mau ke Trenggalek lagi, capek dan makan biaya)," tutupnya.
Ular tersebut akan dirawat Panji Petualang di Purwakarta. Baca di halaman selanjutnya!
4. Ular Ditutup Kain Hitam Agar Tidak Stres
Saat ini, ular tersebut diamankan sementara oleh Diky di Siwalankerto, Kecamatan Wonocolo, Surabaya. Ia memilih menempatkan di rumahnya demi keselamatan banyak orang. Namun, dengan kandang dan pengamanan khusus, salah satunya menggunakan kain. Ini dilakukan agar sang ular tidak stres.
"Mulai evakuasi di lokasi sampai sekarang, saya tutup kain terus," kata Diky.
Selain agar tak stres, Diky menegaskan, penutupan kain itu bertujuan agar ular tak agresif. Selain itu, untuk mencegah ular mematok orang di sekitarnya.
"Selain biar tidak stres, juga biar tidak mengancam keselamatan orang di sekitarnya," ujarnya.
5. Ular Batal Dititipkan ke KBS
Diky mengaku, ia batal menitipkan King Kobra ini ke Kebun Binatang Surabaya (KBS). Alasannya, proses administrasi terlalu berbelit dan memakan waktu serta biaya.
"Gak sido dideleh KBS, angel, Mas. Alasane, kudu dikarantina sek (Tidak jadi diletakkan ke KBS, susah, Mas. Alasannya, harus dikarantina dulu)," kata Diky.
Diky menjelaskan, pihak KBS beralasan, ular tersebut wajib menjalani proses karantina dan pemeriksaan kesehatan terlebih dulu. Sebab, mereka khawatir King Kobra yang ia amankan mengidap penyakit menular dan membahayakan hewan lainnya di KBS.
"Jarene seh wedi onok penyakit menular terus nular nak kewan liyane (Katanya sih takut ada penyakit menular dan menjalar ke hewan-hewan lainnya). Tapi, ya masuk akal emang (alasan KBS)," ujarnya.
6. Ular akan Dibawa ke Shelter Panji
King Kobra ini berada di rumah Diky selama 3 sampai 4 hari ini. Kemudian pada Senin (31/10), ular bakal dikirim ke Shelter Panji Petualang di Purwakarta.
"Senin nanti saya kirim ke Purwakarta," imbuhnya.
7. King Kobra Dikirim dengan Kereta
Diky menegaskan, ia bakal menggunakan ekspedisi untuk pengiriman. Namun, ia akan mengemas ular itu secara benar, aman, dan tak membahayakan orang lain.
"Nanti pakai paket ekspedisi, pakai kereta," ujarnya.
Untuk keamanannya, ia hendak menggunakan karung dan kayu sebagai wadah. Lalu, ia gunakan pengaman berupa kunci dan kayu tebal.
"Packagingnya pakai karung dan kayu tebal, jadi aman, nggak bakalan lepas," tuturnya.