Ali Rahmatullah (48) peritual asal Kediri yang hilang di Gunung Lawu hanya membawa bekal seadanya. Tak seperti kebanyakan pendaki lainnya.
Kepala Resort Pemangkuan Hutan Sarangan Supriyanto menyebutkan bahwa pria warga Rejowinangun, Desa Minggiran, Papar, Kediri itu hanya membawa air putih dan camilan.
Umumnya para pendaki maupun peritual yang mendaki ke Puncak Gunung Lawu membawa bekal air gula merah dan asam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mitos di Gunung Lawu: Pasar Setan |
"Saya tanya yang jaga pintu masuk bekalnya cuma air putih dan cemilan. Pendaki lain biasanya bawa air gula merah dan asem," ujarnya di Cemoro Sewu, Rabu (26/10/2022).
Bekal yang cuma air dan camilan itu juga janggal. Pasalnya, Ali memulai pendakian pada 15 Oktober 2022 hingga dilaporkan hilang Selasa (25/10).
Bekal yang sangat minim itu seolah menunjukkan bahwa pria itu sebenarnya tidak berencana untuk tinggal lama di Gunung Lawu. Tapi hingga hari ini berarti sudah 11 hari Ali berada di Gunung Lawu.
Sebelumnya polisi setempat menyatakan bahwa pendakian atau ritual yang ditempuh Ali tak wajar. Wajarnya pendakian Gunung Lawu ditempuh 3-4 hari, sedangkan ritual maksimal 7 hari.
Proses pencarian yang dilakukan sejak Rabu pagi akhirnya dihentikan pukul 17.00 WIB. Pencarian terpaksa dihentikan karena hujan lebat dan kabut yang pekat.
Ada 30 relawan terbagi dalam 3 regu yang melakukan pencarian Ali. Mereka hingga Rabu malam ini masih berada di dekat Puncak Gunung Lawu.
Pencarian akan dilanjutkan besok pagi dipusatkan di lokasi ritual Khayangan setelah pos terakhir menuju Puncak Lawu atau pos yang biasa dikenal Pos 5 Gunung Lawu.
(dpe/iwd)