BMKG akan melakukan penelitian terkait rentetan bencana hidrometeorologi di Trenggalek. Baik banjir, tanah longsor, maupun tanah gerak. Hasil penelitian akan menjadi acuan mitigasi bencana.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan penelitian dilakukan di lokasi pusat bencana. Pihaknya akan melihat secara detail faktor apa saja yang menjadi pemicu terjadinya bencana alam itu.
"Kami akan melihat bagaimana tanah longsor itu terjadi, bagaimana landscape-nya, bagaimana kondisi lereng lokasi itu," ujar Guswanto, Rabu (26/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kepo soal Awan Cumulonimbus dan Ciri-cirinya |
Kondisi itu penting untuk diteliti mengingat penyebab bencana hidrometeorologi bukan hanya akibat tingginya intensitas curah hujan. Namun juga karena faktor lingkungan di sekitarnya.
"Yang memicu terjadinya bencana hidrometeorologi lainnya adalah faktor lingkungan, daya dukung, dan faktor daya tampung lingkungan. Misalkan lerengnya lebih dari 15 persen," jelasnya.
Guswanto menambahkan bahwa hasil penelitian itu kelak akan menjadi bahan pemerintah daerah dalam melakukan strategi mitigasi bencana alam, sehingga ke depan ketika bencana terjadi tidak banyak korban jiwa yang jatuh.
"Harapannya bisa mengurangi dampak dari bencana hidrometeorologi, artinya tidak ada korban jiwa dan tidak ada hal-hal lainnya," katanya.
Ia mencontohkan proses terjadinya longsor di Trenggalek yang diawali tanah yang mengalami kekeringan cukup lama kemudian terisi air hujan. Ia juga mempertegas bahwa longsor bukan dipicu gempa bumi.
"Longsor itu karena tanah yang sudah lama kering kemudian terjadi hujan maka terisi air, maka menjadi longsor. Bukan dipicu gempa bumi, karena sampai saat ini belum ada gempa bumi besar di Trenggalek. Jadi saya rasa masih jauh dari gempa bumi menyebabkan longsor," imbuhnya.
(dpe/iwd)