Jalur rel kuno ditemukan di tengah proyek Kayutangan Heritage koridor III. Temuan itu diyakini sebagai jalur trem era kolonial di Kayutangan, Malang.
Penemuan jalur rel kuno itu berada di sekitar Patung Chairil Anwar Jalan Basuki Rahmat, Kota Malang. Jalur rel tersebut terlihat jelas di bawah aspal.
Pantauan detikJatim pada Sabtu (22/10/2022), jalur rel dengan panjang sekitar 15 meter tersebut kini telah ditutup oleh rangkaian besi untuk persiapan pengecoran. Jalur rel itu tersingkap ketika alat berat membongkar konstruksi jalan di sisi selatan Patung Chairil Anwar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang mengatakan, rangkaian rel itu sama dengan jalur rel yang ditemukan di simpang Rajabali dan simpang 3 PLN. Jalur itu juga menjadi bagian proyek Kayutangan Heritage, November 2020 lalu.
Baca juga: Hari Kereta Api: Sejarah dan Link Twibbon |
"Betul itu satu rangkaian dengan yang di Avia dan Rajabali. Untuk trem MSM (Malang Stoomtram Maatschappij), jurusan Jagalan-Blimbing," kata Sekretaris TACB Kota Malang, Rakai Hino Galeswangi kepada detikJatim, Sabtu (22/10/2022).
MSM beroperasi sebagai pengelola moda transportasi kereta api di era penjajahan Belanda sebelum tahun 1914. Rakai mengaku, tim TACB telah merekomendasikan kawasan tersebut menjadi cagar budaya karena memiliki struktur yang bersejarah.
"Kami ya merekomendasikan untuk jadi CB (cagar budaya), karena itu struktur yang bersejarah sekali," papar Rakai.
Sayangnya, tim TACB mengaku tidak dilibatkan dalam proyek tersebut. Pihaknya pun menyayangkan keputusan tersebut.
"Tidak ada pelibatan TACB dan Dinas Pendidikan Kota Malang, khususnya bidang kebudayaan pada proyek tersebut. Padahal Kayutangan dimunculkan sebagai zona heritage oleh Pemkot Malang," sambungnya.
Menurut Rakai, cukup disayangkan ketika jalur rel tersebut kembali dipendam untuk kepentingan proyek Kayutangan Heritage. Namun, pihaknya mengatakan bahwa PT KAI menyatakan bahwa jalur rel tersebut sudah tidak layak untuk dioperasikan kembali.
"Memang sayang jika dipendam lagi, kalau diangkat juga tidak mungkin. Karena PT KAI menyatakan sudah tidak layak dioperasikan," tuturnya.
Namun, TACB bersama Diknas Kota Malang dan pemerhati budaya berharap Pemkot Malang merealisasikan komitmen untuk memberikan penanda khusus diatas batu andesit sebagai pengganti aspal di kawasan Kayutangan. Khususnya pada lokasi yang terpendam jalur kereta kuno.
"Kita harap begitu, ada realisasi seperti janji Wali Kota ketika meninjau jalur rel yang sama di Rajabali November 2020 lalu. Kayaknya sekarang belum terealisasi, tapi memang sejak perencanaan sampai finishing dalam proyek itu tim kebudayaan tidak dilibatkan," tegasnya.
TACB juga merasa pesimis ketika gaung Kayutangan dijadikan kawasan heritage dengan revitalisasi yang kini berjalan. Sebab, kawasan Kayutangan dirasa masih jauh dari skema kawasan heritage.
"Kayutangan itu katanya zona heritage. Padahal masih belum layak karena ada skema tersendiri untuk penetapan kawasannya," tukasnya.
(hse/dte)