Kisah pilu dialami Muhammad Abizar Al Ghifari, seorang bocah berusia 4 tahun di Surabaya. Ia meninggal dunia akibat gagal ginjal akut misterius. Sang bocah ternyata sempat meminum sirup yang mengandung cemaran etilon glikol (EG) melebihi ambang batas yang sudah ditentukan.
Dengan mata berkaca-kaca, sang nenek, Anisyah mengisahkan cerita menyayat hati yang dialami cucunya. Anisyah mengatakan, Abizar berjuang melawan sakitnya selama satu bulan. Ia meninggal pada Minggu, 9 Oktober 2022 di RSU dr Soetomo.
Warga Jalan Kupang Segunting V/1, Tegalsari, Surabaya ini tak kuasa membendung air matanya jika mengingat tingkah lucu Abizar sebelum sakit. Wanita berusia 58 tahun itu masih terpukul dengan kepergian cucu tercinta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anisyah menceritakan, cucunya dinyatakan mengalami gagal ginjal akut oleh tim dokter RS William Both Surabaya pada 7 Oktober 2022. Anisyah selalu setia mendampingi sang cucu, baik di rumah maupun di rumah sakit, ketika pertama kali sakit hingga akhirnya menutup mata untuk selama-lamanya.
Awalnya, Abizar demam pada 9 September 2022. Dia lalu dibawa ke salah satu klinik di Pandegiling dan didiagnosis radang tenggorokan. Setelah diperiksakan itu, kondisi Abizar tak kunjung membaik. Dia lalu dibawa ke RS Gotong Royong.
Pada 5 Oktober 2022, Abizar sudah tidak bisa BAB dan kencing. Kondisinya terus menurun. "Dia nggak bisa BAB, dia pengen pipis dan beol tapi nggak bisa. Lah mana bisa dia nggak makan nggak minum," cerita Anisyah.
Hingga akhirnya, pada 7 Oktober 2022, Abizar dibawa ke RS Wiliam Booth. Di rumah sakit tersebut, bocah yang dikenal sangat ceria dan aktif itu didiagnosis gagal ginjal akut.
Waktu saya bawa ke rumah sakit Wiliam Booth, ternyata masih dicek darahnya. Ditanya habis kena apa. Terus dibilangi, Abizar kena gagal ginjal akut, ditanya gen juga ndak ada," imbuhnya.
Besoknya, Abizar dirujuk ke RSU dr Soetomo. Keluarga tentu berharap Abizar mendapatkan pertolongan medis yang lebih baik.
"Akhirnya ditunggu 1 hari, akhirnya dikeluarkan dari rumah sakit jam 7 pagi, dirujuk ke Soetomo," lanjut Anisyah.
Setibanya di RSU dr Soetomo, Anisyah mengatakan, cucunya tak langsung ditangani. Saat di IGD, Anisyah sempat berteriak-teriak minta tolong agar cucunya segera ditangani. Seorang tenaga kesehatan berseragam hijau lantas menelepons seeorang. Akhirnya, Abizar mendapat pertolongan media.
Pada 8 Oktober 2022, malam hari, Abizar menjalani hemodialisis atau cuci darah. Keluarga tak sempat bertemu dengan Abizar. Abizar langsung dibawa ke ICU.
Anisyah mengaku terus-menerus menangis saat sang cucu dirawat. Dia juga berdoa dan meminta doa dari teman dan keluarga agar Abizar segera sembuh.
Detik-detik meninggalnya Abizar yang membuat pilu neneknya. Baca di halaman selanjutnya!
Keesokan harinya, 9 Oktober 2022, Anisyah dipanggil oleh seorang tenaga kesehatan. Momen menjelang azan Asar itu tak bisa dilupakan oleh Anisyah. Saat naik ke lantai 2 ruang ICU, ia melihat 6 orang nakes mencoba memacu jantung Abizar.
Takdir tak bisa ditolak, nyawa Abizar tak bisa ditolong. Batin Anisyah terpukul hebat saat wajahnya baru saja dibasuh air wudu.
"Saya ke sana (ruang ICU), Abi meninggal sebelum Asar pukul 14.50 WIB. Habis wudu saya jalan jemaah salat. Saya dipanggil dokter, katanya 'ibu adik Abizar genting'. Katanya gagal ginjal akut. Saya naik ada 6 orang memicu jantung pernapasan, sampai akhirnya nggak ada," ucap Anisyah sembari mengusap air matanya.
Ia pun sangat kehilangan cucu pertamanya itu. Baginya, Abizar adalah anak yang pintar, rajin salat, sangat ceria, dan aktif.
"Pas sembuh (sehat) ceria, aktif anaknya, main di depan. Dia rajin salat, kalau magrib ngajak saya salat, dia di masjid saya di mushala," kenangnya penuh isak.
Belakangan diketahui, saat sakit tenggorokan, Abizar sempat meminum obat sirup Unibebi Cough syrup. Di mana obat sirup itu termasuk dalam 5 obat yang mengandung cemaran etilon glikol (EG) melebihi ambang batas yang sudah ditentukan.
"Minum Unibebi Cough Syrup. Kalau panas saya kasih itu, tapi Abi jarang sakit panas. Saya ke puskesmas dulu, itu dikasih obat gerus," kata Anisyah.
Anisyah menceritakan, Abizar pernah sakit dan mengonsumsi obat itu saat usianya 2 tahun. Saat itu, Abizar merasa lebih baik dan sembuhnya lebih netral.
Sebelumnya ia tak mengetahui jika obat tersebut mengancung cemaran EG. Bahkan saat cucunya awal sakit pada 9 September 2022, kasus gangguan gagal ginjal akut misterius dan obat sirup yang mengandung cemaran EG belum seramai saat ini.
"Kalau Unibebi Cough nggak boleh, kenapa nggak dari dulu-dulu. Umur 2 tahun sampai 4 tahun, pakai itu kalau sakit. Kalau ndak, ya ndak. Kayaknya ya manjur itu. Tapi jarang panas anaknya," cerita dia.
Saat mengetahui di berita jika obat sirup anak merek tersebut mengandung cemaran EG, ia langsung membuangnya. Obat sirup itu sudah tidak ada lagi di rumah Anisyah.
Anisyah mengatakan, cucu pertamanya itu rutin minum air putih. Bahkan, dalam sehari bisa minum susu sebanyak 3 kali. Abizar juga tak terlalu suka jajan di luar.
"Di sekolah nggak jajan, tahu bulat suka, wafer-wafer, tapi sedikit. Minum (air putih) itu juga rutin, bahkan pas di rumah sakit itu saya kasih minum biar bisa pipis," cerita dia.
Langkah Wali Kota Eri Cahyadi
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku telah melakukan upaya mitigasi menyusul kasus gagal ginjal akut misterius. Eri berjanji bahwa pemkot akan lebih gencar melakukan sosialisasi. Terutama memberi pemahaman kepada orang tua agar mengenali gejala sakit yang dialami anaknya.
"Bagaimana langkah-langkah ketika ada anak yang memiliki gejala panas terus berat badan turun. Pokoknya gejala-gejala itulah, mereka segera lapor untuk diberikan pemantauan dan pengobatan dari kami pemkot. Tapi ini se-Indonesia juga banyak, tiba-tiba sakit, mohon maaf kemudian tidak lama meninggal, jelas Eri, Sabtu (22/10/2022).
Dia menambahkan, mitigasi gagal ginjal akut misterius ini serupa dengan saat COVID-19 mewabah. Eri telah menginstruksikan ke puskesmas-puskesmas untuk membagi ke dalam klaster-klaster.
"Ini hampir sama seperti COVID. Makanya kami melakukan sekarang adalah mitigasinya klaster yang disosialisasikan puskesmas, ketika ada gejala langsung lapor ke kami," tambahnya.
Ia meminta kepada orang tua untuk lebih memperhatikan kesehatan anaknya. Jika sakit, apalagi menunjukkan gejala gangguan gagal ginjal akut misterius, langsung cepat diperiksakan ke fasilitas kesehatan secepatnya dan tidak menganggap remeh.
"Mendingan kalau sakit masuk angin nggak papa, tapi jangan terlambat dalam pengobatannya. Itu sosialisasi yang kita lakukan, turun ke bawah seperti itu," ujarnya.