Ali Imron, Pelaku Bom Bali I yang Kini Jadi Garda Depan Deradikalisasi

Ali Imron, Pelaku Bom Bali I yang Kini Jadi Garda Depan Deradikalisasi

Tim detikJatim - detikJatim
Rabu, 12 Okt 2022 15:25 WIB
Napi Teroris Ali Imron yang juga adik dari terpidana mati bom Bali, Amrozi dan Muklas menjadi pembicara dalam kajian Ramadan di Masjid Al Fataa, Jakarta, Selasa (28/6).
Ali Imron saat jadi pembicara di kajian Ramadan (Foto: Ari Saputra)
Surabaya -

Salah satu pelaku bom Bali I adalah Ali Imron. Namun berbeda dengan sang kakak Amrozi dan Ali Ghufron alias Mukhlas, Ali Imron tidak dihukum mati. Ali Imron dihukum penjara seumur hidup.

Dalam kasus bom Bali I, peran Ali Imron cukup vital. Dia merupakan koordinator lapangan, perakit bom, survei, dan juga yang membawa mobil berisi bom yang meluluhlantakkan Paddy's Cafe.

Ali Imron ditangkap pada 13 Januari 2003 di Pulau Brukang, Samarinda, Kalimantan Timur. Diduga Ali Imron saat itu hendak kabur ke Malaysia. Kepada polisi saat itu, Ali Imron juga mengakui sebagai pemilik senjata yang ditemukan di hutan Dadapan, Solokuro, Lamongan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ali ImronAli Imron (Wisnu Prasetyo/detikcom)

Pada 18 September 2003, Ali Imron divonis oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Denpasar dengan hukuman seumur hidup. Hukuman ini lebih berat dari tuntutan jaksa yang menuntutnya 20 tahun penjara. Ali Imron terhindar dari hukuman mati karena menyesal dan menjadi justice collaborator.

Berkat Ali Imron, polisi akhirnya bisa menggulung sejumlah tersangka terorisme lainnya. Organisasi mereka yang disebut-sebut sebagai Jamaah Islamiyah (JI) itu pun porak-poranda, setelah satu per satu pimpinannya dicokok polisi.

ADVERTISEMENT

Ali Imron seharusnya ditahan di Lapas Cipinang, namun saat ini ia tengah ditahan di Rutan Narkoba Polda Metro Jaya. Ia sudah menghabiskan 19 tahun di penjara. Penyesalan Ali Imron terhadap apa yang pernah dibuatnya ia tebus dengan program deradikalisasi.

Sebagai orang yang pertama kali melakukan teror bom di Indonesia, mantan jihadis Afghanistan, Filipina, Ambon dan Poso itu mengaku sangat menyesal. Ali Imron meratapi aksinya di Bali pada 12 Oktober 2002 karena dianggap telah menginspirasi berbagai teror kemudian.

"Saya merasa bersalah setiap kejadian bom di Indonesia. Karena saya salah satu yang mengobarkan semangat melakukan aksi jihad yang kami niatkan pada waktu itu," sesal Ali Imron saat ditemui detikcom di tahanan Polda Metro Jaya, Jumat (2/4/2022).

Namun Ali mengaku bahwa program deradikalisasi ini tidak bisa berjalan sendiri. Sebab dalam praktiknya hal itu bukan cuma menjadi tanggung jawab BNPT, Densus 88, dan dirinya sebagai mantan teroris. Deradikalisasi, kata Ali, harus melibatkan semua pihak termasuk politisi dan insan pers.

Ali juga mengakui bahwa program deradikalisasi sulit dan memerlukan tantangan tersendiri diterapkan di Indonesia. Karena meski sudah ada deradikalisasi, aksi bom masih saja ada di Indonesia.

"(Deradikalisasi) itu sampai sekarang saya lakukan. Itu saja sangat sulit untuk mengerem (aksi bom). Jadi sulit sekali. Indonesia ini beda, beda dengan tetangga kita, Malaysia," kata Ali Imron.

Bomber Bom Bali 2002 Ali ImronBomber Bom Bali 2002 Ali Imron (Foto: Ari Saputra)

Untuk program deradikalisasi ini, Ali Imron berusaha menyadarkan para jihadis dengan mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian. Ali Imron mengaku terus berusaha memberi pemahaman aksi teror serta kekerasan itu adalah hal yang salah.

Ali menuturkan memaklumi seseorang yang memiliki pikiran berjihad. Namun dia tak ingin pemikiran itu dijabarkan dalam bentuk aksi teror.

"Supaya manfaat, okelah kita punya pemikiran jihad, tetapi jangan sampailah kita punya kesalahan (melakukan aksi teror) untuk kesekian kalinya," ucap Ali Imron.

Dia juga menyadari semangat jihad dalam bentuk aksi teror justru menimbulkan fobia di kalangan umat Islam sendiri. Karena dia menganggap dirinya pionir aksi jihad dengan pengeboman, Ali Imron terbeban untuk menghilangkan fobia tersebut.

"Saya ini mau mengembalikan supaya masyarakat, terutama umat Islam, tidak fobia terhadap syariat jihad. Syariat jihad ini salah satu bagian dalam Islam yang diwajibkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dan syariat ini wajib sampai hari kiamat," ujar Ali Imron.

"Tetapi dengan syariat ini, karena kita melakukan aksi dengan niat jihad yang itu juga bertentangan dengan adab atau prosedur jihad, akhirnya muslim sendiri fobia jihad. Kedua, supaya masyarakat yang muslim tidak fobia terhadap negara Islam," imbuh Ali Imron.

Saat ini, Ali Imron hendak menghilangkan kesan negara Islam adalah negara dengan kekerasan. "Tujuan kami ini mendirikan kembali negara Islam. supaya tidak fobia. Nanti dipikirnya, 'Lha wong mereka belum punya negara saja sudah bantaiin orang, apalagi kalau punya negara'," tutur Ali Imron.

Lewat Yayasan Lingkar Perdamaian di desanya, Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur (Jatim), Ali Imron melakukan program deradikalisasi. Dia mempercayakan yayasan tersebut dikelola adiknya, Ali Fauzi.

"Saya menyuruh adik saya, Ali Fauzi, sebagai perpanjangan mulut saya untuk deradikalisasi. Akhirnya kami sepakat harus kita dirikan yayasan. Fungsinya untuk mengumpulkan orang-orang yang punya pemahaman jihadis, terutama yang sadar untuk tidak membuat aksi atau paham bahwa aksi-aksi ini adalah jihad yang salah," terang Ali Imron.

Selain itu, Yayasan Lingkar Perdamaian juga menjadi tempat berkumpul mantan-mantan narapidana kasus teroris (napiter), 'alumni' Afganistan, Filipina Selatan, mantan-mantan kombatan konflik Ambon dan Poso yang sepakat dengan semangat deradikalisasi.

"Tempat itu penting sekali. Kita kalau sendiri kurang kuat. Kalau bersama-sama, insyaallah kuat. (Yayasan Lingkar Perdamaian) berdirinya sekitar 2015. Pada waktu itu di-support BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris), terutama ketika kepalanya Pak Suhardi Alius," jelas Ali Imron.

Dengan bangga, Ali Imron juga menunjukkan seragam Yayasan Lingkar Perdamaian, di mana terdapat emblem bendera Merah Putih di bagian lengan kanan dan tulisan 'Aku Indonesia' di bagian belakang seragam.

"Seragam untuk upacara hari kemerdekaan. Kombatan-kombatan dan alumni Afganistan pakai sergam ini. Saya selalu bawa ini supaya tahu kami ini sudah Merah Putih, aku Indonesia," tutup Ali Imron.



Simak Video "Blak-blakan Ali Imron: Jadi Teroris Itu Cuma Butuh Dua Jam"
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads