Angka stunting di Banyuwangi terbilang masih tinggi. Pada tahun 2021 tercatat anak yang mengalami stunting mencapai 4.371 kasus atau sebanyak 20,1 persen. Kabupaten paling ujung Timur Pulau Jawa ini pun mengandalkan program Banyuwangi Tanggap Stunting (BTS). Bagaimana efektivitasnya menanggulangi stunting?
Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB) Henik Setyorini mengatakan mengenai jumlah stunting di tahun ini belum bisa disampaikan.
Data tahun 2022 baru bisa disampaikan pasca bulan timbang tepatnya pada bulan November mendatang. Henik menyebut pada bulan timbang tersebut akan menjadi pembuktian efektivitas program Banyuwangi Tanggap Stunting (BTS) yang dilaunching pada Juli 2022 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanggung jawab ini baru saja dilimpahkan ke kami (Dinsos PPKB) sebelumnya leading sektornya adalah Dinas Kesehatan," kata Henik, Selasa (11/10/2022).
Henik menyebut penurunan stunting adalah salah satu prioritas Pemkab Banyuwangi. Program BTS menjadi senjata untuk mengurangi kasus tersebut. Program BTS sendiri terbagi menjadi skop-skop bagian. Pertama adalah tahap pencegahan dimulai dari saat pernikahan.
Calon pengantin diwajibkan mengisi aplikasi 'elsimail' (elektronik siap nikah dan siap hamil). Ada beberapa quisioner yang harus dilengkapi oleh calon pengantin.
"Sebelum akad nikah dipastikan calon pengantin harus sudah mengisi data-data di aplikasi itu," bebernya.
Hasil dari pendataan menjadi indikator kesiapan calon ibu untuk menjalani proses kehamilan. Calon ibu akan mendapatkan sebuah sertifikat elektronik yang memiliki kode warna. Diantaranya merah perlu pendampingan intens dan warna hijau pendampingan ringan.
"Ketika masuk ke aplikasi nanti akan otomatis ngelink ke masing-masing pendamping yang ada di Kecamatan. Pendamping berperan sentral memastikan kesiapaan kehamilan dan kondisi saat hamil. Mulai dari 270 hari saat hamil dan 730 hari pasca melahirkan," ujar Henik.
Salah satu yang dijaga oleh pendamping adalah pemenuhan nutrisi bagi calon ibu maupun bumil. Pemkab sendiri juga memilki program lanjutan untuk pemenuhan nutrisi guna menekan angka stunting.
Salah satunya adalah lewat program 'Belanja Tanggal Cantik ASN' yang dilakukan setiap satu bulan sekali.
Dimana pada setiap tanggal cantik (angka tanggal yang sama dengan angka bulan) ASN akan memborong bahan makanan bernutrisi untuk dibagikan kepada anak penyitas stunting, calon ibu berpotensi stunting dan bumil. Pembagian bahan makanan merujuk by name by adress dari data penderita stunting.
"Pada bulan November mendatang saat bulan timbang akan menjadi tolok ukur dan bahan evaluasi," tandasnya.
Henik mengatakan bahwa permasalahan stunting tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja, atau hanya dari rendahnya pemenuhan nutrisi. Stunting adalah permasalahan kompleks di mana banyak faktor yang mempengaruhinya.
"Tidak hanya soal nutrisi, tapi sanitasi kelayakan tempat tinggal, pola asuh juga menjadi faktor penyebabnya. Stunting tidak hanya terjadi pada kalangan warga miskin, warga mampu pun juga cukup banyak yang mengalami stunting. Ini adalah PR kita bersama dan perlu sinergi dan kolaborasi lintas SKPD," tegasnya.
(dpe/iwd)