Kakek Askan ditemukan sakit parah di atas becaknya. Sehari-hari, kakek sebatang kara ini memang tinggal di becak. Bahkan di bawah jok becaknya, ia menyimpan uang yang jumlahnya hampir Rp 49 juta.
Kini, sang kakek telah berpulang. Bagaimana nasib uang tersebut?
Askan ditemukan sakit di sekitar Jalan Teratai samping SDK Gabriel Tambaksari, Surabaya. Saat ditemukan, Askan dalam kondisi panas tinggi. Askan ditemukan anggota karang taruna setempat, Tri Wahyudi pada 21 Maret 2018/
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pemuda melaporkan kejadian ini ke Kecamatan Tambaksari. Askan langsung dilarikan ke RSU Dr Soetomo, sedangkan Tri bersama rekannya mencoba mencari identitas Askan. Tri ingin menghubungi pihak keluarga Askan.
Saat mencari identitas, di becak banyak ditemukan barang-barang pribadi Askan. Mulai dari perlengkapan mandi seperti sikat gigi hingga sabun. Ada pula beberapa pasang pakaian yang sudah usang.
Kemudian, Tri menemukan hal lain. Ada sebuah tas kresek yang berisi setumpuk uang pecahan Rp 2.000 hingga Rp 100 ribu yang digulung dan diikat karet gelang. Melihat ini, dia dan kawannya langsung menghubungi pihak kecamatan untuk mengamankan.
Sampai di kantor kecamatan, petugas mulai menghitung besaran uang milik Askan. Petugas terkejut lantaran dalam tas kresek itu terdapat uang berjumlah Rp 48.970.000 atau hampir Rp 49 juta.
![]() |
Di rumah sakit, Askan disebut menderita tuberkulosis atau TBC. Ia pun langsung mendapat perawatan hingga kondisinya membaik. Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan Humas RSUD Dr Soetomo, Pesta Parulian pada Senin (26/3/2018) menceritakan, Askan mengaku telah tinggal di becak puluhan tahun. Tak diketahui alasan Askan tinggal di becak.
Yang jelas, saat ditemukan warga, dia membawa peralatan mandi seperti sikat gigi, sabun, dan pakaian ganti. Tidak ada KTP atau dokumen lain.
Setelah sebelumnya tidak ditemukan identitas dan pikun, dia akhirnya ingat siapa namanya. Kala itu, Pesta mengatakan Askan sempat mengalami pikun karena kondisinya yang lemah. Hal ini membuatnya tidak nyambung saat ditanya oleh perawat dan dokter yang berjaga.
![]() |
"Memang sempat mengalami kepikunan karena kondisinya yang waktu itu belum sadar sepenuhnya," tambah Pesta.
Usai kondisinya membaik dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Askan langsung dipindah ke Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos). Di sana, ia dirawat oleh seorang dokter dan perawat karena perlu pendampingan dari tim Satuan Tugas (Satgas) TB. Lalu bagaimana uang milik Askan?
"Untuk uangnya masih saya simpan, nanti akan diserahkan jika keluarganya sudah ketemu," ujar Camat Tambaksari saat itu, Ridwan Mubarun saat dihubungi detikcom di Surabaya, Kamis (5/4/2018).
Ridwan menjelaskan, Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya sedang mencari keluarga Askan yang disebut-sebut berada di Desa Sumberboto, Jombang. Sementara uangnya masih dia simpan hingga menunggu keluarga Askan ditemukan.
"Nanti kalau keluarganya sudah ketemu, Askan akan pulang ke keluarganya, uangnya akan kami serahkan juga," tambah Ridwan.
Namun malang, usai dua minggu lebih tinggal di UPTD Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih Surabaya, Askan mengembuskan napas terakhirnya. Ia meninggal dunia saat tengah tertidur lelap. Hingga akhir hidupnya, tak ada yang tahu informasi soal keluarganya.
"Pada Jumat (20/4) bapak Askan meninggal dunia sekitar pukul 06.00 WIB dalam kondisi tertidur di ranjang perawatan," ungkap Ridwan.
![]() |
Berdasarkan informasi dokter UPTD Liponsos, pada pukul 05.00 WIB, Askan sempat dimandikan tim perawat. Kemudian satu jam berikutnya, perawat kembali dan mengecek denyut nadi. Namun, Askan telah meninggal dunia. Denyut nadinya sudah tak ditemukan.
Sementara uang Rp 49 juta yang dimiliki Askan sempat disimpan di brankas kecamatan.
"Ini kan menyangkut harta warisan. Saya takut menjadi fitnah. Rencananya kami akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial, Karang Taruna yang pertama kali menemukan beserta pihak Polsek Tambaksari dan Koramil kami akan menyepakati untuk diberikan ke mana. Yang pasti uang ini untuk amalan Pak Askan," papar Ridwan.
![]() |
Ridwan berencana menyumbangkan uang itu ke masjid di kawasan Taman Teratai, tempat pertama kali Askan ditemukan dalam kondisi sakit.
"Kalau dari saya sih, rencananya akan menyumbangkan di masjid di daerah situ. Tapi kalau sepakat, nanti biar ada saksi dari kepolisian dan muspika kepada pihak masjid. Nanti kalau ada pihak keluarganya yang menanyakan keberadaan uang itu kami ada saksinya dari pihak kepolisian dan koramil," lanjutnya.
detikJatim lantas menghubungi Ridwan, Sabtu (8/10/2022). Ridwan yang saat ini menjabat sebagai Plt Kepala BPBD Surabaya masih ingat betul dengan kakek Askan.
"Iya masih ingat," kata Ridwan.
Ridwan menyampaikan, uang Askan pada akhirnya memang disumbangkan ke masjid. Tapi bukan cuma 1 masjid.
"Ada 4 masjid di wilayah Tambaksari," ungkapnya.
Dia melanjutkan, pembagian uang untuk 4 masjid itu tidak rata. Masjid di Karanggayam mendapat porsi yang paling besar, yakni 50%.
"Yang lain 3 masjid dibagi rata. Semua takmir di 4 masjid itu sudah sepakat dan tidak mempermasalahkan," tukas Ridwan.
Jatim Flashback adalah rubrik spesial detikJatim yang mengulas peristiwa-peristiwa di Jawa Timur serta menjadi perhatian besar pada masa lalu. Jatim Flashback diharapkan bisa memutar kembali memori pembaca setia detikJatim. Jatim Flashback tayang setiap hari Sabtu. Tetap nantikan artikel-artikel khas Jawa Timuran dan selalu setia membaca detikJatim!
(hil/dte)