Mereka yang Fobia pun Tak Mau Menyiksa Apalagi Membunuh Kucing

Sorot

Mereka yang Fobia pun Tak Mau Menyiksa Apalagi Membunuh Kucing

Tim detikJatim - detikJatim
Sabtu, 01 Okt 2022 09:16 WIB
kucing-kucing di malang yang berkeliaran
Kucing domestik di perumahan Kota Malang. (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Surabaya -

Hampir di semua permukiman warga selalu ada kucing domestik berkeliaran. Baik perkampungan maupun perumahan, di desa maupun di kota. Mamalia yang hidup berdampingan dengan manusia itu telah melalui sejarah yang panjang. Tapi tidak sedikit warga yang kesal dengan kehadiran mereka.

Warga Sepanjang, Sidoarjo Kartika (25) mengaku tidak suka kucing. Satu hal yang paling tidak dia sukai dari kucing adalah cara mereka membuang kotoran dan kencing yang menurutnya sembarangan. "Saya tidak suka kucing. Soalnya jorok. Buang kotoran sembarangan," ujarnya kepada detikJatim, Sabtu (1/10/2022).

Tidak hanya karena perilaku itu Kartika mengaku ketidaksukaannya terhadap kucing juga dipicu oleh bulu-bulunya. Ia mengaku geli dan tidak jarang membuatnya takut. "Bulunya panjang, bikin saya geli dan takut. Pokoknya ampun, saya takut. Nggak tahu alasannya apa, pokoknya enggak suka," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan Kartika, warga Jalan Kelapa, Tambaksari Syadza Putri (24) mengaku dirinya tidak terlalu benci atau takut dengan kucing. Dirinya juga bukan orang begitu menyukai hingga merasa harus memberikan makan kepada kucing-kucing domestik di sekitarnya.

"Setiap hari saya bisa dibilang berdekatan dengan kucing jalanan. Bukan merawat, kebetulan banyak kucing jalanan di depan rumah saya. Saya memilih tidak memberi makan juga, karena kalau dikasih makan mereka malah merasa kami mau merawat mereka sehingga sering datang ke rumah," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sama seperti Kartika, Syadza merasa terganggu dengan keberadaan kucing domestik karena sering buang air besar atau buang air kecil sembarangan. Akibat perilaku kucing yang demikian tidak jarang dia merasa direpotkan karena harus membersihkan kotoran kucing di depan rumahnya.

"Sering. Mereka suka buang air besar di depan rumah saya. Menjatuhkan kursi kayu di depan rumah saya. Bahkan sering pipis di rak sandal saya. Sehingga mau enggak mau saya harus mencuci sandal dan rak itu," katanya.

Sebaliknya, Syadza pernah juga merasa terpukau dengan kelucuan kucing jalanan meski tidak ada keinginan baginya untuk memelihara kucing tersebut. "Pernah sih kalau nemu yang lucu. Tapi ya saya sendiri memang tidak terlalu suka kucing, bahkan suka takut sendiri kalau didekati kucing," katanya.

Meski tidak terlalu suka didekati kucing, Syadza mengaku dirinya akan memilih cara yang lembut untuk mengusir kucing. Menurutnya, kucing akan segera pergi cukup dengan digertak. Terutama bila kucing itu hendak masuk ke rumah dan dia khawatirkan buang kotoran di dalam rumah.

Lantas bagaimana bila kucing sudah telanjur masuk ke dalam rumah? Syadza mengatakan, dirinya tidak segan untuk membawa kucing itu keluar dengan cara-cara yang dia ketahui seperti dijinjing di bagian kulit lehernya. "Kalau menurutku dicengkiwing (dijinjing) dengan lembut aja, bukan ditekan gitu. Atau bisa diciprat air sedikit," ujarnya.

Warga Tenggilis Mejoyo Surabaya, Selvy (27) membenarkan cara-cara yang dilakukan Syadza untuk mengusir kucing. Menurutnya, sudah seharusnya orang yang tidak suka dengan kucing sekali pun tidak perlu bersikap kasar kepada hewan yang menurutnya sangat lucu itu.

"Ya harusnya biasa aja. Kalau pun enggak suka, ngusirnya yang halus. Bisa pakai cairan khusus supaya kucing jadi enggak betah di sekitar rumah. Ada kok. Atau dicengkiwing kayak induk kucing pas ngangkat anaknya," katanya.

Selvy sendiri sebagai penyuka kucing sama sekali tidak pernah merasa terganggu dengan keberadaan kucing-kucing domestik yang berkeliaran di rumahnya. Seringkali dia bahkan menyisihkan makanan untuk kucing-kucing itu di depan rumahnya.

"Ya, biasanya suka kasih makan karena kasihan. Mereka kan enggak ada yang kasih makan. Tapi itu kalau pas ada makanan di rumah ya," jawabnya sembari membubuhkan emoticon tertawa via chat WhatsApp. "Kadang juga saya suka minggirin mereka kalo pas di tengah jalan."

Selvy bahkan mengaku sama sekali tidak pernah mengusir kucing. Bila ada kucing liar datang ke rumahnya, dia justru merasa gemas dan seringkali hendak dia angkat. Ujung-ujungnya, kata Selvy, malah kucing itu yang kabur. "Pokoknya kalau ngusir seingat saya enggak pernah," ujarnya.

Bahkan yang fobia tak tega menyiksa apalagi membunuh kucing. Baca di halaman selanjutnya.

Bila Kartika takut dengan bulunya dan Syadza kadang-kadang takut bila didekati kucing, warga salah satu Perumahan di Gedangan, Sidoarjo Restu Indah (39) lebih parah lagi. Salah satu penyiar radio swasta di Surabaya itu bahkan ketakutan dengan gambar kucing. Ya, padahal cuma gambarnya.

Begitu melihat gambar kucing, mendengar rekaman suara kucing, apalagi bila berhadapan langsung dan mendengar langsung suara kucing, Restu akan berteriak atau meloncat menghindar. Restu bisa dibilang orang yang fobia terhadap kucing.

"Pokoke intinya aku iki fobia, tapi aku sakne ambek kucing. Tapi yo'opo maneh (Pokoknya intinya aku ini fobia, tapi aku kasihan sama kucing. Tapi mau bagaimana lagi)," ujarnya kepada detikJatim, Sabtu (1/10/2022).

Restu pun menceritakan bagaimana dirinya serba salah bila langsung berhadapan dengan kucing. Pernah sekali waktu saat dirinya pulang ke rumah naik mobil, tiba-tiba di tengah jalan perumahan itu ada kucing yang sedang berleha-leha. Seketika itulah Restu menghentikan mobilnya.

"Kadang-kadang sampai kucing itu lema-lema nang dalan, akhire aku mandeg (berhenti). Mandeg mobilku, diam-berhenti-nangis, aku telepon orang di rumah. Kalau orang di rumah enggak ada, aku telepon satpam. Bagaimana caranya agar jalanku lurus, tidak diganggu sama kucing," ujarnya.

Dia menyebutkan di perumahan tempat dia tinggal kucing domestik yang berkeliaran akan dirazia oleh petugas keamanan setempat. Bukan atas permintaannya, tapi karena cukup banyak warga perumahan yang terganggu.

"Kucing liar di perumahanku sekarang dirazia. Karena ada yang sampe kaya pup di mobil apa sandalnya orang-orang itu. Bukan, aku enggak pernah komplain karena itu subjektif. Kalau aku sih berupaya menghindar aja, yang ngusir biar orang lain," katanya lalu tertawa.

Meski secara pribadi dia menganggap semua kucing mengganggunya tapi secara nurani Restu menegaskan bahwa tidak seharusnya kucing mendapatkan perlakuan kekerasan. Apalagi sampai diracun. Dia sendiri punya pendapat tentang bagaimana mengusir kucing yang tidak sampai menyakiti.

"Nyingkirkan kucing, ya, pake umpan. Jangan dilempar dan lain-lain. Tapi aku pribadi nyiram (pakai air). Hahahaha. Jarang sih, ya tadi kalau aku berusaha menghindari aja," katanya. "Kucing sampai diracun. Duh, jangan. Itu dosa, kita enggak boleh gitu, meskipun kalau kucing datang aku pasti berok-berok (teriak-teriak)."

Pada intinya, Restu yang fobia terhadap kucing pun tidak setuju adanya perlakuan kekerasan terhadap kucing. Demikian halnya Kartika, Syadza. Apalagi Selvy yang penyayang kucing.

"Enggak lah. Biar pun saya tidak suka kucing, tapi saya enggak pingin sampai membunuh atau membuang. Saya lebih baik menutup pintu sebelum (kucing itu) masuk rumah atau menghindari," kata Kartika, warga Sidoarjo.

Begitu juga dengan Syadza yang cenderung tidak terlalu menyukai kucing dan kadang merasa terganggu dengan perilaku buang air sembarangan. Dia turut sedih saat melihat ada kucing yang diduga sengaja diracun.

"Walaupun saya tidak terlalu suka kucing, bahkan suka ketakutan saat didekati kucing, saya sedih melihat berita yang beredar. Hanya bisa merasa kecewa pada orang-orang yang tega meracun kucing-kucing itu. Kenapa sampai hati melakukan tindakan itu," katanya.



Hide Ads