Cerita Pasutri di Jember Rawat Ratusan ODGJ Selama 37 Tahun

Cerita Pasutri di Jember Rawat Ratusan ODGJ Selama 37 Tahun

Yakub Mulyono - detikJatim
Senin, 26 Sep 2022 15:26 WIB
pasutri di jember rawat odgj
Para ODGJ yang dirawat pasutri Jember (Foto: Yakub Mulyono)
Jember -

Pasangan suami istri (pasutri) Sarifuddin (65) dan Fatimah (58) warga Dusun Sumber Jeding, Desa Seputih, Kecamatan Mayang, Jember, sejak tahun 1985 merawat orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) di rumahnya. Mereka merawat para ODGJ secara swadaya.

Kurang lebih 37 tahun Sarifuddin dan Fatimah merawat para ODGJ. Kurang lebih ada 200-an ODGJ yang sudah dirawat oleh pasutri itu.

Para ODGJ itu banyak yang sembuh dan kembali ke keluarganya. Juga ada yang keluarganya enggan menerima dan kini ikut membantu Sarifuddin dan istrinya untuk merawat ODGJ yang butuh perhatian. Kini tercatat ada kurang lebih 60 ODGJ yang masih dirawat pasutri itu di rumahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bisa merawat ODGJ itu bersama istri. Kasihan kalau tidak ada yang merawat, apalagi sampai ada di jalanan," kata Sarifuddin kepada detikJatim, Senin (26/9/2022).

Rumah dan tempat merawat para ODGJ itu, kini dibuat dalam bentuk yayasan pondok pesantren. Karena dalam merawat para ODGJ itu, kata Sarifuddin, selain menggunakan metode medis, juga dengan pendekatan secara agama Islam.

ADVERTISEMENT
pasutri di jember rawat odgjPasutri di Jember rawat ODGJ (Foto: Yakub Mulyono)

"Alhamdulillah tempat saya merawat ini sekarang bernama Yayasan Nurul Islamiyah. Para ODGJ ini ibarat santri. Dengan pendekatan agama dan ketelatenan. Alhamdulillah banyak yang sembuh. Ada yang pulang ke rumahnya sendiri, ada yang akhirnya berkeluarga, ada juga yang tidak pulang karena ditolak keluarganya, atau sudah tidak punya saudara. Tinggal di pondok (rumahnya) dan ikut merawat saudara-saudaranya yang masih perlu perawatan dan perhatian," ungkap pria yang juga Pengasuh Yayasan Nurul Islamiyah dan juga akrab dipanggil Kiai Sarifuddin ini.

Awal dalam merawat para ODGJ itu, katanya, kala itu Sarifuddin diminta warga di sekitar rumahnya untuk membantu menyembuhkan ODGJ.

"Awalnya dipanggil minta diobati, karena terkadang ODGJ itu (diyakini) karena adanya gangguan jin. Jadi dibantu untuk dikuatkan agamanya dan baru bisa disembuhkan. Nah dari sana, ada yang belum sembuh saya bawa ke rumah dan dirawat. Nah dari sana kemudian saya membantu merawat sampai sembuh," ujarnya.

"Selain pendekatan agama, dengan tiap Subuh bangun salat dan diingatkan ngaji, malam Jumat Pengajian. Setiap 4 hari sekali (pasien ODGJ) itu dibawa ke rumah sakit untuk diobati secara medis ke rumah sakit. Karena bagaimana pun pengobatan medis juga perlu," sambungnya.

Di Yayasan Nurul Islamiyah, para ODGJ itu tinggal dalam sebuah kamar berukuran 2 x 3 meter. Tidur beralaskan kasur busa, dan ada lemari sebagai tempat menyimpan pakaian.

Di semua ruang kamar dan lokasi para ODGJ beraktifitas tidak ada kaca. Menjaga agar para ODGJ tidak melukai dirinya sendiri.

Selain itu, bagi pasien yang masih terlalu aktif, pada bagian kaki masih dirantai, agar tidak kabur dan berlarian. Sehingga memudahkan perawatan.

Istri Sarifuddin, Fatimah, juga ikut membantu proses merawat para ODGJ itu.

"Dalam merawat ODGJ, intinya harus telaten. Saya membantu Abah (Sarifuddin) karena kasihan sama mereka (para ODGJ). Karena bagaimanapun mereka manusia, dan sesama manusia kan saling tolong menolong dan memberikan perhatian," ujar perempuan yang juga akrab dipanggil Bu Nyai Fatimah ini.

Suka duka dalam merawat para ODGJ, ujarnya, mulai dari memulihkan kesadaran dan bagaimana para orang dengan gangguan jiwa itu mendapatkan kembali kodratnya sebagai seorang manusia normal.

"Mereka telanjang di tengah jalan, marah-marah atau pun ngomel sendiri. Ya kita telaten merawat, dan mendengarkan. Mereka sama manusia seperti kita, tapi hilang jati dirinya. Jadi kembali diingatkan siapa Tuhannya, dan apa yang seharusnya dilakukan. Sehingga yang sakit (ODGJ) itu bisa sembuh," ulasnya.

Para ODGJ itu, dalam salah satu terapi penyembuhan yang dilakukan, adalah diajarkan untuk saling peduli.

"Jadi jika ada yang sudah sembuh, ada yang pulang kembali ke rumah dan keluarganya. Ada yang kembali normal dan berkeluarga. Ada juga yang masih di sini (tempat perawatan Yayasan Nurul Islamiya). Untuk yang tetap di sini dan sembuh, ya membantu memasak dan merawat yang masih sakit. Jadi disadarkan untuk dapat saling tolong menolong," tuturnya.

Fatimah juga menambahkan, terkait perhatian pemerintah ataupun masyarakat juga cukup baik.

"Terkadang dari Dinsos Jember datang memberi bantuan beras atau sembako, juga ada yang bantu seperti Dispenduk soal data. Sehingga bisa dapat bantuan saat perawatan kesehatan di rumah sakit. Juga terkadang dari donatur," ucapnya.

Dia juga menyebut, tak ada keluhan dari tetangga atau warga sekitar. Apalagi di lingkungan tersebut sebagian besar merupakan kerabat.

"Alhamdulillah tidak ada keluhan dari tetangga atau warga. Karena kebanyakan lingkungan sini masih saudara. Mereka paham. Selain itu ada kejadian lucu, pasien itu ada yang pergi ke warung (toko peracangan) dekat pondok ini. Beli rokok ngutang, ya sudah saya bayar. Tapi saya bilang, besok-besok jangan dikasih rokok karena pantangan saat perawatan. Dikasih kue saja atau jajanan lain," ujarnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Mensos Tanggapi soal ODGJ Dapat Bansos Seumur Hidup"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads