Festival Pendalungan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke 663 Kota Probolinggo berlangsung di Stadion Bayuangga. Acara yang berlangsung selama sepekan lebih mulai Jumat (2/9) hingga Minggu (11/9) itu diramaikan berbagai pertunjukkan seni dan keagamaan.
Wali Kota Habib Hadi Zainal Abidin yang hadir pada malam kelima, tepatnya Selasa (6/9) menikmati pertunjukan kesenian Pendalungan yang disajikan para pengisi acara. Ia mengaku takjub dengan antusias masyarakat yang datang berbondong-bondong memadati kawasan stadion setiap harinya.
"Alhamdulillah pelaksanaan di hari ke lima malam ini luar biasa. Antusias masyarakat terlihat begitu besar, Stadion (Bayuangga) penuh dengan lautan manusia. Ini menunjukkan tak hanya sukses acaranya, tapi juga kunci keberhasilan Pemkot dalam mewujudkan kekompakkan dan kebersamaan," kata Hadi dalam keterangan tertulis, Jumat (9/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semenrtara itu, Ketua Panitia Hadi Pro 2022 yang juga Asisten Administrasi Umum Budiono Wirawan mengaku sangat mengapresiasi kekompakan dan kesolidan warga dalam menyaksikan kemeriahan peringatan HUT ke 663 yang berlangsung sejak Jumat (2/9).
"Alhamdulillah sampai sejauh ini seluruh agenda kegiatan dalam rangkaian HUT ke 633 semua berjalan lancar dan sangat meriah. Sambutan dan antusias warga juga di luar ekspektasi, begitu luar biasa," ungkap Budiono.
Budi menyampaikan kegiatan dapat terlaksana berkat adanya sinergitas yang kuat, koordinasi dan komunikasi yang baik antara pemerintah, panitia pelaksana, tokoh masyarakat, komunitas dan pegiat seni dan budaya, organisasi sosial dan keagamaan, para atlet, pelaku UMKM dan pihak-pihak yang terlibat lainnya.
"Alhamdulillah tahun ini kita dapat menggelar kegiatan setelah dua tahun vakum karena adanya pandemi COVID-19. Namun demikian kita tetap harus menerapkan protokol kesehatan," tutur Budi.
Festival Pendalungan pada Selasa (6/9) menampilkan berbagai tampilan kesenian seperti band dan show membatik, Tari Glipang, Tari Sik Resik, hadrah, pantomim sepak takraw, patrol, Hadrah Rozak Al-Anwar, Tari Wonderland, pentas seni budaya Arab (fashion Arab), olahraga dance sport, dan seni Akustik. Ada pula penampilan Jabung Sagere Percusion dan Cokrobudoyo Percusion.
Di malam selanjutnya, Rabu (7/9), ditampilkan pertunjukan barongsai untuk mewakili etnis Tionghoa. Kepala Bidang Kebudayaan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo Sardi menjelaskan Kota Probolinggo memiliki identitas budaya sebagai masyarakat pendalungan, seperti yang diketahui masyarakat pendalungan bukan hanya etnis Jawa dan Madura, namun juga terdapat etnis Tionghoa dan Arab. Keberagaman tersebut menunjukkan tingginya toleransi keberagaman dalam masyarakat sejak dulu.
"Keberagaman etnis yang dimiliki Kota Probolinggo kita sajikan dalam bentuk performa yang mewakili setiap etnis. Kemarin kita sudah menampilkan dari Jawa, Madura, dan Arab. Hari ini kita tampilkan dari etnis Tionghoa, yaitu barongsai," papar Sardi.
Sardi mengulas etnis Tionghoa tercatat sudah menempati Kota Probolinggo bahkan sebelum bangsa Eropa datang. Hal itu, kata dia, dapat terlihat dari keberadaan Klenteng Sumber Naga yang terletak di Mangunharjo yang telah dibangun sejak 1856 dan menjadi kawasan pecinan di sekitar kali Banger.
Adapun penampilan yang dibawakan oleh Barongsai Leon Dragon merupakan kerja sama antara Disdikbud dan etnis Tionghoa untuk event HadiPro 2022 ini. Tampilan Barongsay Leon Dragon yang atraktif mampu memikat warga yang mengunjungi festival 10 hari tersebut. Mereka memadati area tribun panggung, khususnya anak-anak.
Berlanjut di malam ke tujuh, Kamis (8/9) Festival Pendalungan menghadirkan festival hadrah. Kegiatan ini diikuti 22 ranting GP Ansor setempat.
Festival hadrah, seni musik bernuansa Islami digelar sebagai upaya untuk mengetahui efektivitas, tingkat perkembangan hadrah dan guna membangun rasa cinta terhadap budaya lokal Indonesia.
Penampilan peserta lomba hadrah terbagi dalam 2 sesi. Sesi pertama diikuti oleh enam ranting dan sisanya dilanjutkan di sesi kedua. Mekanismenya, setiap peserta diberikan kesempatan membawakan 2 lagu dengan durasi 7 menit dengan iringan hadrah Al Habsyi atau Al Banjari.
Salah satu dewan juri dari Eksternal GP Ansor Muhammad Syaikhu mengatakan festival ini adalah panggung bagi anak-anak pecinta kesenian Islami untuk mengekspresikan karyanya. Pria yang juga adalah Ketua Persatuan Disabilitas Kota Probolinggo (PERDISAPRO) menambahkan kesenian hadrah banyak tumbuh di kota ini seiring dengan banyaknya santri.
"Festival ini menjadi media silaturahmi dan konsolidasi antar pelajar dan santri. Sekaligus menjadi cara untuk mengenalkan berbagai bacaan selawat yang biasa ditemui. Di mana melalui festival hadrah dan selawat terkandung pesan tentang budaya Islam yang santun, toleran, dan inklusif, dan tentunya cinta damai," tutur Syaikhu.
Dari penampilan puluhan peserta Kamis malam, diambil tujuh penampil terbaik yang berhak atas hadiah yang telah disiapkan, yakni juara 1, 2 dan 3, harapan 1, 2 dan 3, serta juara best jingle atau yel-yel.
Salah satu peserta dari Pondok Pesantren Raudhatul Muta'alimin Wonoasih di bawah pimpinan Ustaz Tauhid mengaku sangat antusias dengan giat ini. Ia menyatakan, sebanyak 15 orang personel santrinya, membawakan lagu Ansor dan sholallahu 'ala Muhammad.
"Persiapannya, latihan sama jaga kesehatan aja sih. Tampilkan yang terbaik," tutur Tauhid.
(akn/ega)