Puluhan mahasiswa di Pamekasan ditangkap saat demo menolak kenaikan harga BBM. Mereka diamankan saat demo di depo Pertamina Camplong, Sampang.
Kapolres Sampang AKBP Arman membenarkan penangkapan itu. Pihaknya terpaksa mengamankan karena menggelar demo tanpa ada pemberitahuan dan digelar di obyek vital nasional.
"Selain tidak ada surat pemberitahuan ke polres, kami sudah melakukan upaya persuasif dengan mengingatkan agar mereka tak melakukan aksi di obyek vital nasional," kata Arman, Kamis(8/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demo tersebut merupakan aksi lanjutan dari mahasiswa gabungan dari Badan Eksekutif Mahasiswa se-Pamekasan dengan membajak mobil tangki BBM. Mereka bergerak ke Depo Pertamina Camplong yang berada di perbatasan antara Pamekasan dan Sampang sekitar pukul 12.00 WIB.
Aksi sekitar 50 mahasiswa ini langsung diadang puluhan personel kepolisian dari Polres Sampang yang telah siaga di lokasi. Kapolres Sampang, AKBP Arman tampak memimpin langsung pengamanan itu. Arman kemudian mengingatkan agar massa aksi untuk membubarkan diri.
![]() |
"Saya ingatkan kembali untuk tinggalkan lokasi, kalau mau audiensi hanya lima orang yang akan kami terima dan lainnya silahkan pulang," imbau Arman kepada para mahasiswa.
Arman menilai demo yang dilakukan para mahasiswa tersebut telah melanggar aturan. Karena digelar di obyek vital nasional. Namun sesaat setelah imbauan itu, polisi langsung mengambil tindakan tegas dengan mengamankan dan menaikkan para mahasiswa ke atas truk.
"Aksi mereka ini sudah jelas melanggar Undang-undang Nomor 9 tahun 1998 tentang menyampaikan pendapat di obyek vital nasional. dan Depot Camplong merupakan salah satu obyek vital nasional yang ada di wilayah kami yang harus kami jaga," tegas Arman.
Ada belasan mahasiswa yang diamankan dalam aksi tersebut. Pantauan di lokasi puluhan mahasiswa dari Universitas Madura, IAIN Pamekasan, dan berapa kampus di Pamekasan.
Terpisah, Syafiuddin salah satu mahasiswa mengaku kecewa lantaran tidak sempat menyampaikan aspirasi. Tapi sudah mendapat perlakuan represif dari aparat.
"Kami menyalakan megaphone karena ingin menawarkan kepada peserta demo menerima atau tidak audiensi 5 orang perwakilan tersebut. Belum sempat kami sampaikan sudah diamankan teman teman oleh polisi," kata Syafiuddin.
(abq/iwd)