Demo Tolak Kenaikan Harga BBM di Mojokerto Ricuh, Mahasiswa Dipukul Polisi

Demo Tolak Kenaikan Harga BBM di Mojokerto Ricuh, Mahasiswa Dipukul Polisi

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Rabu, 07 Sep 2022 15:14 WIB
Demo kenaikan BBM di Mojokerto diwarnai polisi memukul mahasiswa
Demo kenaikan BBM di Mojokerto diwarnai polisi memukul mahasiswa (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Demonstrasi ratusan mahasiswa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan Kantor DPRD Kota Mojokerto diwarnai kericuhan. Dalam kericuhan tersebut, salah seorang mahasiswa diduga dipukul oknum polisi yang mengawal unjuk rasa.

Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus dan Aliansi Mahasiswa Mojokerto itu mulai berorasi di depan kantor DPRD Kota Mojokerto, Jalan Gajah Mada pukul 10.55 WIB. Mereka juga membentangkan sejumlah poster berisi penolakan terhadap kenaikan harga BBM. Puluhan polisi dan polwan berjaga di depan pintu gerbang kantor dewan.

Massa mahasiswa juga membakar ban mobil bekas di tengah jalan sekitar pukul 11.15 WIB karena tak kunjung ditemui perwakilan Pemkot maupun DPRD Kota Mojokerto. Massa gabungan HMI, PMII, Aliansi BEM Mojokerto Raya, GMNI dan IMM ini membentuk barisan melingkar untuk mencegah polisi memadamkan api.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak lama kemudian Ketua DPRD Kota Mojokerto Sunarto alias Itok, Wakil Ketua DPRD Kota Mojokerto Junaedi Malik dan Sekda Kota Mojokerto Gaguk Tri Prasetyo menemui massa di depan pintu gerbang kantor dewan. Perwakilan mahasiswa pun berdialog dengan mereka untuk menyampaikan tuntutan unjuk rasa kali ini.

Sekitar pukul 10.40 WIB, tiba-tiba saja kericuhan terjadi. Massa mahasiswa terlibat aksi saling dorong dengan sejumlah polisi yang menjaga jalannya demonstrasi. Kericuhan terjadi karena Ketua DPRD Kota Mojokerto tidak mampu memberikan hasil kunjungan kerja (kunker) pasca-kenaikan harga BBM.

ADVERTISEMENT

"Pasca kenaikan harga BBM, dewan kan beberapa kali kunker. Kami meminta hasilnya, kami ingin tahu apa yang dilakukan dewan ketika kunker, tapi dewan tidak bisa. Sehingga deadlock. Karena deadlock, maka terjadi benturan antara pihak pengaman dengan mahasiswa," kata Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Mojokerto Elang Teja Kusuma kepada wartawan di lokasi, Rabu (7/9/2022).

Situasi kian memanas ketika Elang tiba-tiba terkena pukulan di pelipis kirinya. Pukulan tangan kosong satu kali itu diduga dilakukan oknum polisi yang bertugas menjaga keamanan unjuk rasa mahasiswa. Ia mengaku saat itu berada di barisan paling depan sehingga berhadapan langsung dengan polisi.

"Saya yang ada di depan (barisan mahasiswa) terkena pukulan di sini (menunjuk pelipis kiri). Terus saya diamankan teman-teman. Dipukul oleh polisi yang mengamankan, teman-teman sudah tahu namanya," jelasnya.

Elang meminta oknum polisi pelaku pemukulan dirinya itu ditindak tegas paling lambat 2 x 24 jam. "Saya ingin kepolisian menindak tegas anggotanya yang melakukan tindakan represif. Saya pribadi akan membuat laporan ke Polres Mojokerto Kota," terangnya.

Kericuhan terjadi hanya beberapa menit saja. Amarah mahasiswa akhirnya bisa diredam Kapolres Mojokerto Kota AKBP Wiwit Adisatria yang sejak awal turun langsung menjaga keamanan unjuk rasa. Massa menuntut Wiwit menindak tegas anggotanya yang diduga memukul Elang.

Kepada ratusan mahasiswa, Wiwit memerintahkan Kasi Propam menindaklanjuti insiden pemukulan tersebut. Namun, ia tetap menghormati asas praduga tak bersalah.

"Kasi Propam tindak lanjuti segera, bila perlu sidang disiplin, sidang disiplin. Di Indonesia ini ada asas praduga tak bersalah. Kalau saya tiba-tiba langsung (menindak), juga salah. Saya jaminannya, akan saya tegakkan. Kalau memang anggota saya salah akan saya tindak," tegasnya.

Unjuk rasa ratusan mahasiswa di depan Kantor DPRD Kota Mojokerto berakhir sekitar pukul 12.00 WIB. Massa lantas melanjutkan aksi serupa di depan kantor DPRD Kabupaten Mojokerto, Jalan RA Basuni, Kecamatan Sooko. Di lokasi kedua, mereka juga menitipkan aspirasi ke dewan agar pemerintah membatalkan kenaikan harga BBM.

Seperti diketahui pada 3 September lalu, harga Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000, Pertamax naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500, sedangkan bio solar naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800. Demonstrasi mahasiswa di depan Kantor DPRD Kabupaten Mojokerto berakhir tanpa kericuhan pukul 14.13 WIB.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads