Sejak di-launching 19 Agustus lalu, banyak pihak yang antusias menyambut bus Trans Jatim. Namun, di balik transportasi massal anyar itu, ada sopir angkutan kota (angkot) yang menjerit. Betapa tidak, 'lawan' mereka untuk berebut penumpang sekarang bertambah.
"Dulu sebelum pandemi, ada taksi online, ojek online. Terus kena pandemi, saya masih bisa bertahan. Baru saja agak ramai penumpang, sekarang sepi lagi karena Trans Jatim," beber Kusmadi, salah satu sopir angkot kepada detikJatim, Sabtu (3/9/2022).
Pria berusia separuh abad itu saat ini lebih lama ngetem di pinggir jalan. Sebelum ada Bus Trans Jatim, biasanya dia menjemput para penumpang di setiap halte-halte.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang hampir nunggu 15 hingga 30 menit baru dapat penumpang. Kadang ya nggak dapat sama sekali. Kalau sampai setengah jam nggak ada penumpang, ya terpaksa jalan lagi," tambah Kusmadi.
Memang, secara tarif, antara Bus Trans Jatim dengan angkot selisih Rp 2.000. Bus Trans Jatim jauh dekat tarifnya Rp 5 ribu, sedangkan angkot Gresik-Surabaya Rp 7 ribu.
"Biasanya penumpang penuh terus, terutama saat jam kerja atau jam sekolah, itu bisa 15 penumpang. Sekarang mencari 5 penumpang saja sulit. Kalau harga, memang kami lebih mahal, mana bisa kami bersaing dengan pemerintah," keluh Kusmadi.
![]() |
Selain Kusmadi, salah satu sopir lainnya, Yahya memilih bertahan di tengah gempuran moda transportasi modern. Ditemui di tempat mangkalnya, di depan RS Ibnu Sina, Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, Gresik, Yahya terlihat lebih sibuk menatap layar handphone-nya.
Sesekali ia terlihat berteriak kepada calon penumpang. Namun, teriakan lantang di mulutnya itu masih kalah pedih dengan jeritan batinnya. Hati terdalamnya sebenarnya ingin berontak karena mata pencahariannya sehari-hari tergerus dengan adanya Bus Trans Jatim. Sayangnya, dia tak bisa berbuat banyak saat angkotnya kosong melompong.
"Setiap hari ya gini. Kadang hanya dapat dua penumpang saja," kata Yahya.
Terkadang, Yahya hanya membawa pulang uang Rp 40 ribu dalam sehari. Untuk beli bensin saja, uang itu masih tidak cukup. Sehari, paling tidak dia butuh Rp 60 ribu untuk minum angkotnya.
"Kadang saya sedih, kalau harus bawa pulang uang segitu. Belum lagi biaya sewa angkutan umum harus dibayar setiap bulan. Kalau sampai bensin naik, saya nggak tahu kerja apa lagi," ucap Yahya dengan mimik wajah pasrah.
Menurut Yahya, sepinya penumpang tidak lepas dari keberadaan mode transportasi baru. Mulai dari taksi online dan ojek online, hingga ancaman baru bernama Bus Trans Jatim. Para penumpang lebih memilih menaiki Bus Trans Jatim ketimbang menaiki angkotnya.
"Ya, saya harap pemerintah juga memikirkan nasib sopir angkot kayak kami. Kami juga warga yang mencari makan. Jangan hanya memikirkan mengatasi kemacetan, tapi nasib sopir angkot seperti saya nggak dipikirkan," ujar Yahya.
Angkot harusnya bisa menunjang Bus Trans Jatim. Baca di halaman selanjutnya.
Simak Video "Video Detik-detik Kaca Bus Trans Jatim Pecah Dilempari Batu di Suramadu"
[Gambas:Video 20detik]