Pejuangan seorang Warga Negara (WN) Australia bernama Ayad Alkaabi saat mencari anaknya menemui berbagai lika-liku. Ia kehilangan anak usai tragedi kapal tenggelam di perairan Trenggalek pada 2011 silam. Ayad pun membuat sayembara dengan imbalan Rp 100 juta hingga meminta bantuan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Permintaan bantuan dari Ayad ke Gubernur Khofifah tersiar dalam sebuah video yang diunggah akun Facebook bernama Wirawan Dwi pada Senin, 29 Agustus 2022. Dalam video berdurasi 2 menit lebih 12 detik itu, ia langsung menyebut nama Gubernur Jawa Timur di awal pembukaan videonya.
Wirawan mengaku dimintai tolong oleh seorang temannya di Jakarta yang mengenal Ayad. "Saya dikabari teman kalau ada orang dari Australia datang ke Jawa Timur untuk cari anggota keluarganya. Kami janjian di salah satu hotel di Surabaya, ternyata dia (Ayad) habis dari Trenggalek," ucap Wirawan kepada detikJatim, Kamis (1/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui bantuan Wirawan, detikJatim mendapatkan kontak Ayad. Dibantu seorang penerjemah yang juga merupakan teman Wirawan, Hasan Muhammad, Ayad menceritakan awal mula peristiwa tenggelamnya kapal tersebut.
Ayad merupakan pencari suaka dari Irak. Tujuannya adalah Australia. Ayad yang saat itu berusia 33 tahun bersama istri dan tiga orang anaknya, beserta puluhan orang lainnya naik sebuah kapal motor. Seingat Ayad, saat itu cuaca buruk.
"Itu perjalanan menuju Australia, kemudian cuaca tidak bagus sekitar jam 10 pagi. Gelombang tinggi, perahunya hancur. Semuanya berusaha menyelamatkan diri," cerita Ayad sebagaimana diterjemahkan oleh Hasan kepada detikJatim.
![]() |
Menurut Ayad, ada sekitar 30-an orang yang bergelayutan di atas kayu-kayu serpihan kapal. Selama 3 hari mereka terkatung-katung di tengah lautan. Hingga akhirnya ada pertolongan dari kapal nelayan.
Ayad beserta yang lainnya kemudian dibawa ke daratan Trenggalek. Sesampainya di daratan, Ayad bertemu dengan istrinya di tempat penampungan. Ada beberapa jenazah yang juga dievakuasi.
"Sesampainya di penampungan ada dokter yang memberitahu dan meminta semuanya untuk mengenali ciri-ciri jenazah yang dievakuasi dari lautan. Saya diminta untuk menyebutkan pakaian apa yang dikenakan oleh anak-anak saya," ungkap Ayad.
Setelah itu, Ayad dan istrinya mendapati jenazah kedua anaknya. Namun, tidak dengan putranya yang bernama Ali Ayad Yousef Alkaabi. Sementara dua anak Ayad yang meninggal itu dimakamkan di Sidoarjo. Persisnya di kawasan Sawotratap.
"Sampai sekarang saya masih mencari keberadaan anak saya, Ali. Hidup atau mati saya pasrah, yang terpenting saya dapat kepastian soal kabarnya," katanya.
Selama lebih dari 10 tahun, Ayad dan istrinya tetap memanjatkan doa untuk Ali dari jarak jauh. Ayad tidak bisa datang langsung ke Indonesia karena terbentur hukum internasional. Dia baru mendapatkan kewarganegaraan Australia pada 2019.
Janji Ayad beri Rp 100 juta kepada siapapun yang menemukan anaknya. Baca halaman selanjutnya!
Bayar Orang Surabaya Minta Antar ke Trenggalek untuk Cari Anaknya
Selepas dapat kewarganegaraan jelas, Ayad sebetulnya sudah punya niat langsung datang ke Indonesia waktu itu. Namun karena pandemi COVID-19 dan ada pembatasan perjalanan ke luar negeri, Ayad mengurungkan niatnya. Baru lah Ayad bisa datang ke Indonesia bulan lalu. Dari Australia dia langsung terbang ke Surabaya.
"Saya menyewa seseorang untuk membantu saya berangkat ke Trenggalek. Dia menjemput saya di bandara Surabaya (Juanda)," ungkap Ayad.
19 Agustus, Ayad berangkat ke Trenggalek dari Surabaya. Di sana dia berusaha mencari informasi, mengunjungi beberapa tempat yang pernah diingat dan dicatatnya.
"Saya ketemu warga dan datang ke kantor polisi. Saya sebar foto-foto anak saya dan nomor telepon," ucapnya.
Ayad berharap, dengan menyebar foto Ali, ada orang yang mengenalinya. Ayad juga berharap usaha pencariannya ini didengar oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Dia diberi tahu oleh temannya soal kebaikan Khofifah.
"Saya berharap melalui pemberitaan media massa, pesan saya tersampaikan kepada Khofifah. Saya yakin Khofifah akan peduli setelah membaca berita, dia orang baik. Saya tidak berharap Ali ditemukan hidup, namun paling tidak ada kejelasan (di mana jenazahnya). Saya yakin Khofifah akan membantu saya," lanjut Ayad.
Tak hanya itu, Ayad bahkan sampai menggelar sayembara dengan hadiah Rp 100 juta.
![]() |
"Hadiah itu untuk siapa saja yang tahu kabar anak saya. Alhamdulillah kalau masih hidup, kalaupun meninggal juga tidak apa-apa asalkan memang benar tahu di mana jenazahnya dimakamkan," cerita Ayad.
Ayad menambahkan, dirinya hanya butuh kepastian. Dia rela mengeluarkan uang Rp 100 juta kepada siapapun yang tahu kabar anaknya.
Kini Ayad sudah pulang ke Australia. Pencariannya ke Trenggalek belum membuahkan hasil. Dia mengizinkan detikJatim untuk menulis nomor WhatsAppnya agar siapapun yang tahu keberadaan anaknya bisa langsung menghubunginya.
"Silakan hubungi nomor WA saya di Australia +61 451 599 660. Kalau memang dalam keadaan hidup, kirim foto saja ke saya. Nanti kalau saya merasa ciri-cirinya sama, saya akan kembali lagi ke Indonesia," kata Ayad.
Ayad juga sudah mengantisipasi jika ada orang iseng atau yang ingin melakukan penipuan. Ayad mengaku akan bertindak sesuai instingnya.
"Saya tahu ciri-ciri Ali. Wajahnya sangat mirip dengan saya. Jadi kalau memang ada yang menghubungi, saya bisa pastikan informasi itu benar atau tidak," tegas Ayad.