Harga Mati Warga Banyuwangi Tolak Tambang Emas PT Merdeka Copper Gold

Harga Mati Warga Banyuwangi Tolak Tambang Emas PT Merdeka Copper Gold

Tim detikJatim - detikJatim
Sabtu, 27 Agu 2022 20:08 WIB
warga tolak tambang emas
Warga tolak tambang emas di Banyuwangi (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Warga Banyuwangi menolak tambang emas Gunung Tumpang Pitu. Kali ini, warga kembali menolak tim peneliti dari PT Merdeka Copper Gold masuk ke kawasan Gunung Salakan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Menurut warga, penolakan ini merupakan harga mati.

Warga pun nyaris bentrok dengan tim peneliti itu. Sebagian warga yang melakukan penolakan itu berasal dari Dusun Pancer. Mereka berkumpul di pertigaan Mbah Marwah Kampung Rowojambe, Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran Sabtu (27/8/2022) pukul 10.00 WIB,.

"Kami menolak dengan hormat agar tidak ada tambang emas di Gunung Salakan," ujar warga saat aksi tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa warga pun berteriak kepada tim peneliti dari PT Merdeka Copper Gold dan aparat kepolisian yang mengawal. Mereka memaksa kedua pihak itu untuk tidak masuk.

"Jangan masuk. Kami NKRI ini tanah kami, biar kami mati disini," teriak salah satu warga kepada polisi.

ADVERTISEMENT

Warga akhirnya berjaga untuk mencegah PT Merdeka Copper Gold merambah Gunung Salakan. Mereka mengaku akan mempertahankan Gunung Salakan dari ancaman ekploitasi tambang emas.

"Gunung Tumpang Pitu sudah mereka tambang dan sekarang hancur, kini mereka mau menambang Salakan. Kami tetap menolak," teriakan warga lain.

Tak hanya itu, warga menegaskan, penolakan ini merupakan harga mati. "Penolakan ini sudah harga mati. Tidak ada tawaran lagi, karena ini tanah kami," ujar Mat, salah satu warga kepada detikJatim.

Menurut Mat, penolakan ini disebabkan PT Merdeka Copper Gold akan mengelola tambang emas di belakang rumah mereka. Yakni di kawasan Gunung Salakan. "Gunung itu berada di belakang rumah kita. Kami harus mendapatkan dampak yang sangat besar ketika tambang itu ada. Makanya kita tolak," tambahnya.

Dia pun mempertanyakan kelayakan tambang berada di tengah-tengah kampung. Mereka tak ingin seperti Gunung Tumpang Pitu yang hancur karena ditambang PT Bumi Suksesindo (BSI).

"Kalau bicara undang-undang, layak kah menambang di sekitar lingkungan warga? Dari bibir pantai cuman beberapa meter. Nah makanya ketika mereka akan menambang ini, kami tidak mau. Sudah sana Tumpang Pitu hancurkan," lanjutnya.

Warga laporkan hal ini ke PBNU hingga Presiden, baca halaman selanjutnya!

Warga Lapor Jokowi hingga Luhut

Mereka enggan mendapatkan imbas dari pertambangan emas di Gunung Salakan. Sebab, tambang emas dianggap akan berdampak secara lingkungan dan sosial. Saat ini, mereka pun mengaku sudah mendapatkan dampak sosial karena pro kontra dari tambang tersebut.

"Manusia tidak boleh jauh dari hutan. Kepingin sehat ya harus dengan hutan yang bersih. Kenapa kami menolak? Dampaknya ada pencemaran laut dan darat. Belum lagi kena dampak sosial yang sudah kami rasakan saat ini," lanjutnya.

Bahkan, penolakan ini sudah dilaporkan ke pemerintah pusat. Warga juga melaporkan hal ini ke PBNU. Warga meminta agar penambangan Gunung Salakan tak dihancurkan untuk pertambangan.

"Kami sudah laporkan ke presiden, KLHK, PBNU, Komnas HAM hingga pak Menteri Luhut. Agar kembali dipertimbangkan untuk tidak ditambang," ujar Mat.

Bahkan, kata Mat, PBNU meminta agar adanya tambang emas di Gunung Salakan dipertimbangkan dampak dan manfaat bagi warga sekitar. "Dari PBNU itu sempat mengatakan jika harus dikaji ulang. Itu kata KH Imam Azis. Bahkan minta agar instruksi ini disampaikan sampai ke ranting," tambahnya.

Pihaknya berharap pemerintah pusat untuk turun langsung ke lapangan, mendengar langsung aspirasi masyarakat.

"Kami harap pemerintah mendengar aspirasi kami. Siapa lagi yang melindungi kami," harapnya.

Sebelumnya, tim peneliti mencoba masuk ke Gunung Salakan pada Kamis (18/8/2022). Namun upaya itu gagal karena adanya pengadangan dan penolakan warga.

Aksi ini viral di media sosial. Dalam video berdurasi 1 menit 15 detik itu terlihat sejumlah warga menghentikan kendaraan milik polisi yang mengawal tim peneliti untuk masuk wilayah Gunung Salakan.

Pengadangan dilakukan warga diduga karena belum ada sosialisasi yang dilakukan perusahaan tambang emas. Sebagian warga bahkan berdebat dengan Kapolsek Pesanggaran AKP Basori Alwi.

Halaman 2 dari 2
(hil/dte)


Hide Ads