Suryati (52) berjuang sendiri membesarkan anak semata wayangnya yang lumpuh karena ganguan syaraf otak sejak bayi. Perjuangannya tak pelak menyita perhatian banyak orang. Kini bantuan banyak mengalir kepadanya untuk membantu membesarkan putrinya.
Suryati sehari-sehari tinggal di rumah sederhana berbahan papan kayu di RT 10 RW 02 Dusun Mambang, Desa Tondowulan, Kecamatan Plandaan, Jombang. Di dalam rumah ini, ia tinggal berdua dengan putrinya Ainur Syifa (11).
Anak semata wayangnya ini sejak bayi mengalami gangguan syaraf otak yang membuatnya lumpuh hingga saat ini. Untuk beraktivitas, Syifa mengandalkan Suryati. Terkadang, gadis berusia 11 tahun ini tak jarang mengesot untuk berpindah tempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nggak bisa kalau Syifa ditinggal sendirian. Kalau keluar ya kadang saya gendong di punggung," kata Suryati saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (13/8/2022).
Kesabaran Suryati merawat putrinya terbilang hebat. Betapa tidak, dia membesarkan anaknya seorang diri hanya dengan mengandalkan penghasilan dari membuat gerabah. Suryati diceraikan suaminya sejak Syifa berusia 1 tahun.
Penghasilan yang hanya Rp 350-500 ribu sebulan hanya cukup untuk kebutuhan makan Suryati dan anaknya sehari-hari. Kondisi serbakekurangan itu ia jalani selama 11 tahun terkahir.
Namun, harapan kini mulai sedikit muncul. Sejumlah bantuan dari pemerintah desa setempat, pemerintah daerah, hingga para relawan terus berdatangan untuk membantu Suryati dan Syifa.
Suryati mengaku, bantuan dari Pemerintah Desa Tondowulan yang ia terima berupa uang tunai Rp 300 ribu setiap 3 bulan sekali. Dari pemerintah daerah ia menerima bantuan berupa KIS yang bisa digunakan untuk pengobatan Syifa.
Dapat bantuan PKH dan BPNT. Baca di halaman selanjutnya.
Selain itu, Suryati juga dapat bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan nontunai (BPNT), bantuan dari relawan dan para dermawan, serta bantuan terapi dari Baznas untuk Syifa.
"Bantuan dari Pemkab, PKH sudah dapat Rp 600 ribu. Tahun kemarin 2021 itu dapat, sekarang juga dapat sudah dua kali. Kalau sembako (BPNT) itu belum keluar. Kalau KIS Syifa sudah dapat, tapi belum digunakan karena anaknya belum pernah sakit," ungkapnya.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jombang Hari Purnomo menyebut, Suryati tercatat sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) untuk 3 bentuk bantuan. Yaitu PKH dan BPNT sejak tahun 2021 serta BPJS Kesehatan (KIS) mulai tahun ini.
"PKH itu dapat Rp 2,4 juta per tahun dibagikan per triwulan. Kalau BPNT itu sembako perbulan Rp 200 ribu. Kalau KIS bisa digunakan ke rumah sakit pemerintah," terangnya.
Dikatakan Hari, Suryati sejatinya sudah diusahakan bantuan modal usaha ke Kementerian Sosial RI melalui Sentra Terpadu Soeharso Surakata. Namun, bantuan tersebut ditolak Suryati karena memilih fokus merawat Syifa.
"Kemarin sempat ditawari bantuan usaha, tapi belum bersedia menerima karena masih ingin fokus merawat adik Syifa itu," jelasnya.
Kepala Diskominfo Jombang Budi Winarno mengatakan, Baznas juga turut membantu perawatan Syifa beberapa tahun ini. Yaitu dengan membiayai terapi Syifa sebanyak 7 kali dalam sebulan. Terapi dilakukan oleh dokter Fisioterapi RSUD Ploso yang datang langsung ke rumah Syifa.
"Sejak awal-awal pandemi COVID-19 tahun 2020 telah dilakukan support dalam bentuk terapi 7 kali dalam sebulan untuk Syifa. Adapun petugasnya Pak Agus Wiyono, Fisioterapi RSUD Ploso yang melakukan jemput bola ke rumah adik Ainur Syifa. Biaya Rp 100.000 sekali terapi yang dikeluarkan oleh Baznas Jombang sampai saat ini," tandasnya.
Jika Anda tergerak untuk membantu Suryati dan Syifa, maka berilah dukungan dengan berdonasi di berbuatbaik.id. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.