Informasi dalam artikel ini bisa mengganggu pembaca, terutama bagi ibu hamil yang tidak disarankan untuk membaca artikel ini.
Komisi D DPRD Kabupaten Jombang memanggil semua pihak terkait kasus Rohma Roudotul Jannah (29) yang dipaksa melahirkan secara normal berujung bayinya meninggal di RSUD Jombang. Pada momen hearing atau rapat dengar pendapat ini, suami dan kakak dari ibu yang melahirkan menyampaikan semua keluh kesahnya kepada dewan.
Suami Rohma, Yopi Widianto (26) menceritakan kembali kronologi persalinan istrinya. Menurutnya, sang istri mulai merasa ingin melahirkan pada Rabu (27/7) malam. Keesokan harinya, Kamis (28/7) pagi, istrinya dibawa ke Puskesmas Sumobito oleh ibu mertuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yopi mengatakan, dirinya tidak bisa mengantar istrinya karena harus bekerja di salah satu pabrik sepatu yang ada di Sidoarjo. Setelah diperiksa bidan, kata dia, jalan lahir di rahim Rohma sudah pada fase pembukaan tiga.
"Saya tiba di rumah sakit jam setengah dua (pukul 13.30 WIB), saya sempat tanya ke istri, 'apakah ada surat rujukan untuk caesar?'. Dia jawab, 'kata bidannya yang ikut masuk menyuruh begitu (caesar)," urai Yopi di ruang rapat Komisi D DPRD Jombang, Selasa (2/8/2022).
"Soalnya saya tidak tahu. Saat itu sudah bukaan 5 atau 6," Yopi melanjutkan.
Sekitar pukul 16.00 WIB atau 16.30 WIB, kata Yopi, pintu rahim istrinya sudah pembukaan 8. Tim medis baik dokter maupun perawat yang menangani istrinya saat itu menyatakan masih pada tahap observasi.
Air ketuban Rohma lantas dipecah oleh tim medis sekitar pukul 17.00 WIB. Namun, tim medis kembali menyampaikan ibu muda itu sedang diobservasi selama 2 jam lagi. Persalinan normal terhadap Rohma baru dilakukan sekitar pukul 18.30 WIB.
"Dalam proses persalinan, istri saya bilang dua kali, 'kok tidak di-caesar saja?'. Dijawab, 'kami usahakan (persalinan) normal'," ungkapnya.
Persalinan tak berjalan lancar. Baca halaman selanjutnya.
Sayangnya, persalinan Rohma tidak berjalan lancar. Sebab, janin di dalam rahimnya tak kunjung bisa keluar. Menurut Yopi, tim medis sampai menggunakan vakum untuk menyedot janin. Saat itu, hanya kepala janin yang bisa keluar. Sedangkan bahu janin tersangkut sehingga tubuhnya tidak bisa keluar atau mengalami distosia bahu.
"Istri saya kesakitan. Istri saya bilang lagi untuk ketiga kalinya, 'mbak kok ngga di-SC saja? Sakit loh'. Setelah dioyak-oyak tidak bisa, telepon lah ke dokter Bahara dan dokter Joko dan dua orang lainnya yang saya tidak tahu namanya," terangnya.
Bantuan dari tim dokter spesialis kandungan juga tidak membuahkan hasil. Mereka sempat menghentikan persalinan sekitar pukul 21.30 WIB untuk berdiskusi. Salah seorang dokter lantas melontarkan pertanyaan kepada Yopi terkait apakah Rohma pernah dirawat di RSUD Jombang sebelumnya.
"Saya jawab sudah, tanggal 13 (Juli) kemarin. Bahkan, ketika kontrol dan USG kami ke sini. Mereka bilang yang ngontrol tadi sudah tahu kalau istri saya punya riwayat penyakit gula darah dan darah tinggi dan disarankan untuk SC (operasi caesar). Dokter tadi hanya mengangguk-angguk," ujarnya.
Setelah itu, kata Yopi, dirinya diberi tahu oleh dokter bahwa bayinya sudah meninggal. Sehingga, harus dilakukan dekapitasi atau memisahkan kepala bayi untuk menyelamatkan nyawa Rohma.
Setelah kepala bayi dipisahkan, tim dokter menggelar operasi untuk mengeluarkan tubuh bayi dari perut Rohma. Buruh pabrik sepatu di Sidoarjo ini menyetujui prosedur itu lantaran tak ingin kehilangan istrinya.
"Meskipun saya tidak tega dengan proses itu tadi, tapi bagaimana lagi. Saya tanda tangan," tukas Yopi.
Simak Video "Video: Helikopter Mendarat Darurat di Jombang Bikin Heboh Warga"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/dte)