Belum bisa dibilang warga Kota Surabaya kalau belum pernah melintasi Jalan Raya Darmo. Sebelum pandemi COVID-19, setiap Minggu pagi jalan ini dipenuhi warga Surabaya yang menikmati Car Free Day. Terutama di ruas jalan yang terdapat Taman Bungkul.
Namun, apakah semua warga Surabaya sudah tahu seluk-beluk Jalan Raya Darmo yang konon sudah ada sejak era raja-raja ini? Jalan Raya Darmo atau Jalan Darmo membentang dari ujung Wonokromo hingga ke ujung Keputran. Jalan ini salah satu jalan ikonik Kota Surabaya karena punya nilai historis yang sangat panjang.
Bahkan, konon, Jalan Raya Darmo ini tercatat telah eksis sebelum Belanda menjajah Indonesia, yakni ada sejak era kerajaan di Tanah Jawa. Itu seperti disebutkan oleh Yusak Anshori dan Adi Kusrianto dalam buku "Jalan-Jalan: Surabaya Enaknya ke Mana?" (2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di buku itu Yusak dan Adi menyebutkan bahwa meski asal muasal nama kawasan Darmo itu belum disepakati para ahli sejarah namun nama Darmo itu disebutkan dalam salah satu serat yang menjadi rujukan sejarah tentang raja-raja di Jawa, yakni Serat Pararaton.
"Buku tertua yang menyebut-nyebut nama Darmo adalah Serat Pararaton tulisan Mpu Tantular. Ini berarti kawasan itu telah lama disebut dengan nama Darmo. Bahkan, ada pula yang mengatakan bahwa nama Darmo diambil dari nama seorang tuan tanah pribumi yang menjadi penguasa kawasan itu," demikian penjelasan di dalam bab pertama buku tersebut.
Tak hanya tuan tanah, sumber lain yang dikutip di buku itu juga menyebutkan bahwa Darmo merujuk pada nama seorang pesuruh alias jongos yang bekerja kepada seorang Belanda di era kolonial. Sayangnya, tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana kisah jongos yang kemudian namanya diabadikan menjadi nama jalan ikonik di Surabaya itu.
"Ada juga yang mengatakan bahwa Darmo adalah nama seorang jongos (pesuruh pria) seorang Belanda. Apa pun itu, kita tidak perlu mempermasalahkan karena nama Darmo sudah menjadi trade mark Surabaya," demikian pernyataan Yusak dan Adi di buku tersebut dikutip detikJatim, Sabtu (30/7/2022).
Di era kolonial, jalan-jalan di kawasan Darmo sempat diubah dengan nama-nama berbahasa Belanda. Jalan Raya Darmo sendiri, di era penjajahan sempat disebut dengan Darmo Boulevard yang disadur dari bahasa Perancis untuk menyebut jalan besar yang tengahnya terdapat median jalan dengan tanaman.
"Ketika Belanda menjajah Surabaya, banyak nama jalan di sekitar Raya Darmo ini diubah menjadi nama Belanda. Akan tetapi Jalan Raya Darmo ini dinamakan Darmo Boulevard. Boulevard sendiri diambil dari bahasa Prancis untuk menyebut jalan besar yang di tengahnya terdapat pemisah yang ditumbuhi tanaman peneduh," sebut Yusak dan Adi.
Berikut ini sejumlah nama jalan di era ketika Jalan Raya Darmo dinamai kawasan Darmo Boulevard seperti disebut dalam buku "Jalan-Jalan: Surabaya Enaknya ke Mana?"
1. Dulu Altingstraat, sekarang Jalan Trunojoyo
2. Dulu Baudstraat, saat ini Jalan Sriwijaya
3. Dulu Van den Bochlaan, sekarang Jalan Majapahit
4. Dulu Carpentierstraat, sekarang Jalan Untung Surapati
5. Dulu Coen Boulevard, sekarang Jalan Dr. Sutomo
6. Dulu Daendelstraat, sekarang Jalan Imam Bonjol
7. Dulu Van Heutstraat, sekarang Jalan Teuku Umar
8. Dulu Van Hoogendorplaan, sekarang Jalan R.A. Kartini
9. Dulu Reiniersz Boulevard, sekarang Jalan Diponegoro
Asal kata Darmo secara antropologi dan bukti sejarah yang ada bisa dibaca di halaman selanjutnya.
Pengamat Sejarah Surabaya Kuncarsono Prasetyo mengatakan nama Darmo berasal dari kata Derma. Dalam bahasa Jawa Kuna, Derma kerap disebut Dharma yang menjadi akar kata Pendharmaan.
"Asal kata Darmo berasal dari Derma, dalam bahasa Jawa disebut Dharma. Itu menurut kajian antropologi," kata Kuncarsono kepada detikJatim.
Sementara, berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ada Kuncar menyebutkan bahwa nama Darmo digunakan pertama kali ketika pembangunan di era Hindia Belanda pada 1916. Ia mengklaim, bukti penamaan itu tercantum dalam sebuah peta atau arsip pembangunan perumahan kala itu.
"Dibuktikan dengan peta sebelum perumahan dibangun dan sebuah nama pabrik gula di daerah bagian paling selatan," tuturnya.
Perumahan yang ia maksud disebut merupakan perumahan kedua terbesar di Surabaya. Kawasannya meliputi Darmo hingga Kupang. Dalam referensi yang dia punya dalam pembangunan pada 1916 itu
Mulanya, lanjut Kuncar, di tahun 1916, pembangunan perumahan kedua terbesar di Surabaya itu meliputi kawasan Darmo hingga Kupang. Bahkan, dalam pembangunan saat itu, pengembang sempat menggusur banyak perkampungan dan lahan persawahan.
"Yang di selatan kampung Darmo, di sebelahnya Drudo, Kupang, dan Ketampon, sampai sekarang jadi jalan itu wilayah tanah pribadi, yang selatan milik Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS)," ujarnya.