Legenda di Dusun Memek dan Tradisi Kenduri yang Lestari

Legenda di Dusun Memek dan Tradisi Kenduri yang Lestari

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Jumat, 29 Jul 2022 22:13 WIB
Tradisi kenduri di Punden Dok Katul, Dusun Memek, Desa Tanjung Wadung, Kabuh, Jombang tetap lestari. Tradisi ini tak lepas dari kepercayaan warga setempat tentang sosok perempuan penunggu punden tersebut.
Punden Dok Katul/Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim
Jombang -

Tradisi kenduri di Punden Dok Katul, Dusun Memek, Desa Tanjung Wadung, Kabuh, Jombang tetap lestari. Tradisi ini tak lepas dari kepercayaan warga setempat tentang sosok perempuan penunggu punden tersebut.

Punden Dok Katul terletak di tengah sawah sebelah utara permukiman penduduk Dusun Memek. Tidak ada bangunan apapun di punden ini, kecuali pagar besi yang mengelilingi sebuah pohon mangga. Dulunya terdapat pohon trembesi di punden ini.

"Saya tidak tahu punden itu bekas apa, tidak ada apapun di situ. Pohon mangga masih tanaman baru. Sekarang dipagari supaya tidak diinjak-injak orang untuk menghormati leluhur," kata Tetua Dusun Memek, Sarmin (70) kepada detikJatim di lokasi, Jumat (29/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kakek 4 cucu ini mempercayai punden tersebut ada penunggunya. Yaitu sosok perempuan yang biasa disebut Danyang Dok Katul. Nama Dok Katul sendiri berasal dari kata ledok dalam Bahasa Jawa yang artinya sawah dan kata katul yang artinya dedak atau kelamin perempuan.

Kepercayaan tersebut membuat sebagian warga Dusun Memek masih mempertahankan tradisi kenduri setiap menggelar hajatan pernikahan maupun khitanan. Mereka membawa tumpeng untuk kenduri di Punden Dok Katul.

ADVERTISEMENT

"Pernah warga sini mengkhitankan anaknya tanpa kenduri di punden. Bapaknya yang dikhitan sakit sampai dibawa ke rumah sakit, seperti kena stroke, tidak bisa berjalan. sampai kehabisan uang tidak sembuh. Sembuhnya setelah kenduri di punden," ungkap Sarmin.

Tidak hanya itu, menurut Sarmin, para petani di Dusun Memek juga tetap menjaga tradisi kenduri di Punden Dok Katul setiap akan menanam dan panen raya. Menu yang wajib ada dalam kenduri tersebut adalah jenang katul atau jenang dedak.

"Dulu pernah ada perangkat desa yang menggarap tanah ganjaran itu. Waktunya tanam maupun panen tanpa kenduri. Sehingga warga Memek ada yang kerasukan dan sakit, minta digelar kenduri. Setelah kenduri, sembuh," jelasnya.

Zaman dulu, kata Sarmin, para perempuan yang sedang menstruasi dilarang keras masuk ke Punden Dok Katul. Jika melanggar, konon bakal mengalami pendarahan hebat.

"Itu zaman dulu, sekarang sudah tidak," tambahnya.

Kepala Desa Tanjung Wadung Supono membenarkan tradisi kenduri di Punden Dok Katul tetap lestari sampai zaman modern. Salah satunya momen sedekah bumi yang rutin digelar setiap tahun setelah panen raya.

"Tujuannya supaya masyarakat sehat, hasil panen bagus, diberi keselamatan atas rido Allah SWT," terangnya.

Berdasarkan cerita turun-temurun warga setempat, zaman dulu kala, kampung ini bernama Katul yang mempunyai 2 arti dalam Bahasa Jawa. Yakni dedak dan alat kelamin perempuan. Sehingga nama Dusun Katul diganti dengan Memek.

Memek sendiri berasal dari kata Mek-mek dalam Bahasa Jawa yang artinya menyentuh-nyentuh. Banyak orang mengira Dusun Memek mengarah ke kelamin perempuan karena salah mengeja. Bunyi 2 huruf E pada kata Memek sejatinya sama dengan ejaan suku kata me pada kata merawat.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Helikopter Mendarat Darurat di Jombang Bikin Heboh Warga"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/sun)


Hide Ads