Doktor ITS Bikin Penelitian Sistem Hitung Penyebaran DBD di Indonesia

Doktor ITS Bikin Penelitian Sistem Hitung Penyebaran DBD di Indonesia

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 29 Jul 2022 16:08 WIB
Dosen ITS buat penelitian penyebaran DBD
Dosen ITS (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Di tengah pandemi COVID-19, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih banyak dialami masyarakat Indonesia. Doktor Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Wiwik Anggraeni SSi MKom membuat penelitian tentang pembuatan sistem untuk menghitung kasus DBD di Indonesia.

Wiwik menjelaskan, disertasi ini dilatarbelakangi kasus DBD pada beberapa wilayah di Indonesia yang tidak sesuai antara data dengan kondisi di lapangan. Sebab, masyarakat cenderung mencari informasi gejala di internet. Dari jejak digital ini yang dimanfaatkan untuk memprediksi jumlah kasus DBD pada suatu wilayah.

Disertasinya berjudul Representasi dari Media Sosial, Query Internet, dan Data Surveilans untuk Memprediksi Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue menggunakan Model WHAI, Wiwik menciptakan sebuah sistem pemodelan gabungan dari sistem Dekomposisi dan Bidirectional Long Short Term Memory (BiLSTM) yang disebut dengan sistem model WHAI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penggabungan dua sistem tersebut dilakukan agar pemetaan dan prediksi jumlah kasus DBD lebih akurat dan aktual.

Selain itu, sistem model WHAI bekerja dengan mengombinasikan beberapa variabel tertentu. Seperti jumlah aktivitas media sosial yang terkait dengan penyakit DBD, jumlah kasus DBD yang terdeteksi, jumlah curah hujan, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin, dan temperatur cuaca.

ADVERTISEMENT

"Data akhir yang diolah dari variabel tersebut akan dibandingkan dengan data kasus jumlah DBD yang terlapor. Jika data yang didapat dari sistem model WHAI sama atau mendekati sama, maka sistem model WHAI berhasil untuk memprediksi jumlah kasus DBD tersebut. Didapatkan daerah Kabupaten Malang dan Kota Surabaya menjadi daerah yang rawan DBD," kata Wiwik, Jumat (29/7/2022).

Penelitian disertasi tersebut berlokasi di Kabupaten Malang dan Kota Surabaya. Pemilihan Kabupaten Malang sebagai tempat penelitian karena wilayahnya cukup luas dan kondisi geografis yang beragam. Sehingga mampu memberikan hasil data yang lebih variatif.

"Sementara Surabaya dipilih sebagai salah satu tempat penelitian di kota besar," ujarnya.

Nama sistem model WHAI sendiri diambil dari akronim nama Wiwik Anggraeni dan tiga peneliti lain. Sekaligus promotor dalam sidang doktor ini yaitu Prof Dr Ir Mauridhi Hery Purnomo MEng, Dr Eko Mulyanto Yuniarti ST MT, dan Reza Fuad Rachmadi ST MT PhD. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang sama berkaitan dengan DBD.

Dalam penerapannya, sistem model WHAI sudah mulai diterapkan di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Diharapkan, sistem model WHAI ini dapat digunakan.

"Tidak hanya untuk DBD, namun untuk antisipasi wabah lainnya. Saya berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk membantu kesehatan pada masyarakat," pungkasnya.




(hil/fat)


Hide Ads