Secara tak langsung, pilot Citilink Capt Boy Awalia (48) menjadi pahlawan. Meski dalam keadaan sakit, ia memilih keputusan tepat untuk mendarat darurat dan kembali ke Bandara Juanda. Ia dibantu kopilot berhasil mendaratkan pesawat hingga 171 penumpang selamat.
Sebelumnya, pesawat Citilink Q-307 rute Surabaya-Makassar mendarat darurat di Bandara Juanda, Surabaya karena sang pilot mengalami sakit. Salah seorang penumpang mengungkap cerita menegangkan saat awak kabin mengabarkan kondisi darurat ini.
Cerita menegangkan ini salah satunya diungkap oleh Wine lewat akun Twitternya, @penikmattkata, Jumat (22/7/2022). Pihak detikNews telah mendapat izin untuk mengutip cerita ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wine bercerita ia merupakan salah satu penumpang pesawat Citilink Q-307 rute Surabaya-Makassar. Wine saat itu bersama dengan istrinya dan kedua mertuanya berangkat dari Surabaya.
Wine baru saja melaksanakan akad nikah. Dia dan sang istri duduk di nomor kursi 24D & 24C. Sedangkan kedua mertuanya duduk di 24B & 24A. Menurutnya, saat itu semuanya berjalan normal. Bahkan proses take off lancar tanpa kendala.
"Awalnya semua berjalan dengan normal, cuaca nampak bersahabat, saat take off pun lancar tanpa kendala berarti," kata Wine dalam cuitannya.
Namun, situasi kemudian mulai berubah saat pramugari bertanya kepada penumpang soal 'apakah ada yang berprofesi sebagai dokter atau perawat?'. Para penumpang mulai bertanya-tanya.
"Tetapi setelah beberapa menit di udara, tiba-tiba pramugari bertanya kepada penumpang, 'apakah ada dokter atau perawat yang ada di dalam penerbangan ini?' Setelah beberapa saat kebetulan ada dokter yang ikut dalam penerbangan ini, dalam benak kami para penumpang bertanya-tanya," tuturnya.
"Ada apa? Apa yang terjadi? Salah seorang penumpang berkata 'biasanya ada yang mau melahirkan sampai dipanggil untuk bantuan medis', karena belum tahu apa yang sedang terjadi, kita terus bertanya entah apa yang sedang terjadi, siapa yang sakit atau seperti apa keadaannya," lanjutnya.
Dia menggambarkan keadaan pesawat berubah saat pemberitahuan tersebut. Pesawat seperti terbang rendah dan hanya berputar-putar di atas air. Situasi semakin menegangkan saat pramugari bertanya soal 'apakah ada pilot yang bisa menerbangkan pesawat?'.
Ketegangan bertambah saat kru bertanya apakah ada penumpang yang bisa bawa pesawat, di halaman selanjutnya!
"APAKAH ADA PILOT YANG TAHU MENERBANGKAN PESAWAT JENIS ITU (saya lupa persisnya jenis apa) seketika semua orang mulai menunjukkan wajah panik dan berkaca-kaca, saya memandang istri saya, dan bertanya kepada saya, ini nggak kenapa-kenapa kan? Bapak dan ibu mertua juga ikut panik," ungkapnya.
Situasi ini membuat para penumpang mulai saling menggenggam tangan. Mereka juga berdoa agar diberi keselamatan.
"Semua mulai saling menggenggam tangan, sembari berdoa akan keselamatan dari Yang Maha Esa, saya juga berdoa, melihat tangan saya yang baru diikat cincin pernikahan, pikiran nggak karuan, panik, takut, juga pikiran mau mati datang menyerbu, kemudian saya lihat istri saya yang matanya mulai meneteskan air mata, saya cuma bisa bilang 'nggak kenapa-kenapa sayang, insyaallah kita selamat amin, sholawatan ya,'" ujarnya.
"Sambil saya juga bersholawat, memohon doa, di balik bising ya pesawat terdengar suara zikir, doa yang tak henti-hentinya terucap," lanjutnya.
Meskipun situasinya menegangkan, Wine mengatakan tidak ada teriakan histeris. Semua menunggu kepastian dengan doa dan harapan.
"Tetapi tidak ada teriakan histeris dari penumpang, semuanya menunggu kepastian di iringi doa serta harapan, pada saat itu, pesawat masih berputar di atas perairan Madura, kami sesekali bertanya kepada pramugari, 'Mbak gimana keadaannya? 'Yang bisa kami informasikan pilotnya sakit'," ungkapnya.
Sembari berdoa, momen menegangkan ini akhirnya mulai terlewati. Mereka akhirnya bisa mendarat di Bandara Juanda, Surabaya.
"Saya dan istri saya berpegangan tangan, berharap semua akan segera baik-baik saja, hingga waktunya mendarat, entah seperti apa situasi di dalam kokpit, kami terus berharap keselamatan, hingga kami pun mendarat dengan aman di Bandara Juanda Surabaya," kata Wine.
Pendaratan ini pun disambut dengan tepuk tangan meriah dari para penumpang. Mereka bertepuk tangan untuk menyemangati para awak kabin yang akhirnya bisa melakukan pendaratan dengan selamat. Suasana seketika menjadi haru. Wine bahkan sampai menangis.
"Ketika mendarat kita semua bertepuk tangan memberikan semangat kepada awak kabin yang telah mendaratkan kita semua dengan selamat, perasaan haru, hingga saya seketika mengeluarkan air mata dan memeluk istri saya...," ujarnya.
Sosok pilot dikenal baik, di halaman selanjutnya!
Sebelumnya, Dirut PT Citilink Indonesia Dewa Kadek Rai menjelaskan kronologi pendaratan darurat ini. Pesawat Citilink itu lepas landas sesuai jadwal pada Kamis (21/7) pada pukul 06.00 WIB dari Bandara Juanda.
Namun, 15 menit terbang, kesehatan pilot menurun. Lalu diputuskan pesawat tersebut mendarat darurat pukul 07.00 WIB di Bandara Juanda.
"Petugas darat bersama seluruh stakeholders di Bandara Juanda Surabaya telah mempersiapkan prosedur penanganan evakuasi darurat kesehatan dengan sangat cepat dan baik, dan pilot telah ditangani oleh pihak dokter di rumah sakit terdekat," imbuh Kadek.
Sebelum terbang, semua kru termasuk sang pilot dinyatakan fit atau laik terbang. Hal ini ditegaskan Dewa dalam keterangan resminya. Dewa mengatakan, sebelum terbang, seluruh kru telah dicek kondisi kesehatannya. Kesemuanya dinyatakan laik terbang karena dalam kondisi yang fit.
"Dapat disampaikan bahwa sebelum melakukan penerbangan, Citilink Indonesia telah melakukan prosedur pengecekan kesehatan kepada seluruh crew yang bertugas dan dinyatakan fit atau laik terbang," tegas Dewa.
Sempat Dicek dan Tidak Teraba Nadinya
Boy Awalia meninggal dunia usai memutuskan mendarat kembali atau return to base (RTB) ke Bandara Juanda, saat merasakan sakit. Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya sempat mengecek kondisi sang pilot usai mendarat.
Usai mendapat informasi jika ada pilot yang sakit, petugas langsung bergegas mendatangi pilot tersebut. Petugas datang ke pesawat untuk mengecek kondisi sang pilot. Saat dicek, petugas menemukan jika denyut nadi sang pilot sudah tidak teraba.
"Ketika staf medis kami datang di pesawat, yang bersangkutan sudah tidak teraba nadinya," kata Plt Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya, dr Acub Zainal kepada detikJatim di Surabaya, Kamis (21/7/2022).
Acub menambahkan, pilot tersebut sempat dilarikan ke rumah sakit. Saat di RS, dokter menyatakan jika sang pilot sudah tidak bernyawa.
Saat ditanya soal penyakit apa yang diidap Capt. Boy, Acub mengaku tidak mengetahuinya. Hanya saja, ia menyebut saat petugas mengecek di pesawat, Acub sudah menggunakan mayo tube.
Diketahui, mayo tube merupakan alat medis untuk membantu jalan nafas dalam menahan pangkal lidah dari dinding belakang fairing.
"Beliau dilarikan ke RS mitra keluarga. Sakit apa? Kami belum tahu karena saat datang di lokasi yang bersangkutan sudah terpasang mayo tube dan oksigen dengan nadi yang tidak teraba," tambah Acub.
Penumpang Dipindah ke Pesawat Lain
Usai kejadian ini, seluruh penumpang kembali diberangkatkan dengan pesawat berbeda. Namun, tetap dengan nomor penerbangan yang sama. Pesawat tersebut mengangkut 171 penumpang.
"Sejumlah 171 penumpang terbang lagi menggunakan Pesawat Citilink Ex Samarinda dengan flight number yang sama QG307 take off jam 10.58 WIB," ujar Humas PT Angkasa Pura (AP) I Bandara Internasional Juanda Yuristo Ardi Hanggoro kepada detikJatim, Kamis (21/7/2022).