Ice Smoke, jajanan hasil olahan dengan nitrogen cair yang sebelumnya dikenal dengan nama Dragon's Breath atau Napas Naga, bukan tanpa bahaya bila dikonsumsi manusia. Bagaimana penjelasan pakar kimia ITS soal makanan itu?.
Kepala Departemen Kimia Institut Tekonologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Fredy Kurniawan menjelaskan bahwa mengonsumsi makanan yang diolah dengan niteogen cair sangat berbahaya.
Terlebih jika pembuatannya tidak sesuai dengan cara yang benar. Nitrogen cair di dalam makanan akan menyentuh bagian tubuh manusia. Apa lagi saat terkena mulut, tenggorokan, bahkan bila masuk ke perut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Luka bakar serius (menjadi risiko paling bahaya). Ini benar-benar tidak boleh sampai tersentuh. Efek lain ketika nitrogen menguap yakni akan mengusir oksigen," ujarnya kepada detikJatim, Rabu (13/7/2022).
Fredy mengakui memang ada sebuah buku penggunaan nitrogen cair untuk kuliner yang dikarang Agnes Bertha Marshall sekitaran 1900-an silam. Tetapi ada cara khusus dan tidak bisa sembarangan.
Berdasarkan buku itu, kata Fredy, N2 cair dipakai untuk mendinginkan adonan dengan sangat tiba-tiba sehingga muncul air kristal yang bertekstur lembut. Olahan itu aman dimakan bila seluruh nitrogen menguap.
Sementara, para penyedia ice smoke di jalan atau di pasar malam, menurut Prof Fredy hanya mementingkan efek smoke atau asap. Sebab, setitik saja N2 dimasukkan di makanan akan segera menguap menjadi asap.
"Anda bayangkan kalau penjual itu tidak tahu, ditambahkan dalam jumlah agak banyak. Ada yang menguap, ada yang masih liquid. Yang liquid bisa masuk mulut dan menyebabkan terbakar mulutnya," katanya.
Soal api yang bisa muncul dari makanan hasil olahan nitrogen cair seperti ice smoke, Prof Fredy membantahnya. Ia tidak yakin bila sampai ada api yang keluar dan membakar seseorang.
"Rasanya ndak mungkin ada api. Liquid nitrogen cendurung mendekati pure. Ditanya lagi bener keluar api? Saya pastikan enggak akan sempat lihat api. Kalau mau nyoba kami ada nitrogen cair," ujarnya.
Meski begitu, ketika zat itu sangat dingin kemudian tersentuh secara langsung, bukan tidak mungkin yang menyentuh akan mengalami cold burns (sensasi terbakar karena saking dinginnya zat).
Kemungkinan, kata dia, cold burn itulah yang kemudian diasosiasikan dengan api oleh orang tua AH.
"Bekas terbakar pada temperatur yang dingin. (Sama dengan bekas terbakar dengan api) kulit seperti melepuh," ujarnya.
(dpe/iwd)