Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Tulungagung membuat para peternak menjerit. Bagaimana tidak, harga sapi yang terpapar PMK kini laku Rp 1 juta.
Dari data yang dihimpun detikJatim, jumlah sapi yang terpapar PMK di Tulungagung telah mencapai 2.981 ekor. Sedangkan yang mati tercatat 175 ekor.
Salah seorang peternak di Desa Penjor, Tulungagung, Suwarno mengatakan kondisi ini membuat dirinya dan warga merasa terpukul. Sebab mayoritas warga merupakan peternak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hampir semua rumah punya ternak, ya karena itu yang menjadi mata pencaharian utama," kata Suwarno, Kamis (7/7/2022).
Menurutnya, serangan PMK di desanya terjadi dengan cepat, karena dalam satu bulan terdapat ribuan sapi yang telah terpapar. Angka kematian pun terjadi secara masif, hingga mencapai 175 ekor.
Karena kondisi itu, perekonomian warga menjadi terganggu. Sehingga kini tanggungan kredit di bank akhirnya tersendat.
"Warga sini kalau pengajuan kredit di bank ya minimal Rp 50 juta, karena memang punya penghasilan yang diandalkan. Tapi kalau kondisi seperti ini susah," terang Suwarno.
Lebih lanjut, Suwarno mengatakan akibat wabah PMK kini harga sapi pun anjlok. Harga sapi yang terpapar PMK dengan kondisi ringan hingga berat kini hanya laku dijual Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per ekor.
"Paling satu ekor Rp 1-2 juta, itu sapi besar masih bisa jalan. Kalau yang sudah ambruk tidak laku. Kalau punya saya kemarin itu masih mendingan, laku Rp 3 juta," ujarnya.
Padahal jika sapi tersebut dalam kondisi sehat, lanjut Suwarno, harga jualnya minimal Rp 15 juta per ekor. Bahkan untuk indukan yang telah bunting bisa laku Rp 30 juta.
Tak hanya harga yang terdampak, produksi susu sapi perah juga diketahui mengalami penurunan hingga 72 persen.
"Kemarin itu (sebelum PMK) teman saya pengepul itu bisa dapat 2.100 liter, sekarang tinggal 600 liter. Untuk susu yang terkontaminasi antibiotik tidak laku," kata pria yang pernah menjabat kepala desa itu.
(abq/iwd)