Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari ikut tampil langsung dalam pertunjukan ludruk yang digelar di lapangan Raden Wijaya Surodinawan pada Minggu (26/6) malam. Ia beradu akting dengan sejumlah pelawak ludruk Semar Mesem.
Mengangkat lakon 'Semar Nompo Titah Agung', sosok yang akrab disapa Ning Ita ini tampil memerankan tokoh Ratu Tribuana Tunggadewi. Tokoh tersebut merupakan sosok pemimpin Kerajaan Majapahit ketiga yang membawa Kerajaan Majapahit menuju puncak kejayaannya.
Kehadiran Ning Ita dalam pertunjukan ludruk tersebut mendapat antusias dari penonton berupa tepuk tangan dan sorak-sorai ketika pertama kali memasuki panggung. Ia tampil bak ratu yang mengenakan kostum lengkap dengan mahkota kuning keemasan khas kerajaan Majapahit. Ning Ita menyapa penonton dengan mengungkapkan perasaannya tampil berperan sebagai sosok ratu tersebut untuk mengawali penampilannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kaya ngene angele dadi Ratu Tribuana Tunggadewi. Dandan ket sore. Mugo-mugo masyarakat Kota Mojokerto terhibur," ucapnya dalam keterangan tertulis, Selasa (28/6/2022).
Adapun pertunjukan tersebut juga dimeriahkan dengan kehadiran Wali Kota, Sekretaris Daerah, Ketua DPRD Kota Mojokerjo, dan sejumlah perwakilan Forkopimda yang turut tampil di atas panggung. Masing-masing dari mereka juga berkostum lengkap khas era Majapahit.
Dialog antar pemain sukses mengundang gelak tawa penonton meskipun terkadang akting yang dihadirkan oleh para pejabat publik itu agak kaku. Wajah penonton yang tertawa lepas nampak begitu sumringah.
Para penonton datang dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda, serta laki-laki dan perempuan. Sebagian dari mereka mengisi tepat di depan panggung duduk beralaskan karpet hitam.
Febi Dwi Sabila (17), salah satu penonton dari kalangan anak muda warga Pulorejo, mengaku terhibur atas pertunjukan yang digelar. Ia menganggap pertunjukan tersebut seru dan lucu.
"Saya baru pertama kali nonton langsung seperti ini, ternyata seru dan lucu," ungkap siswi SMKN 2 Kota Mojokerto yang baru saja naik kelas tiga ini.
Febi juga mengaku mendapat pembelajaran dari tontonan tersebut. Tidak hanya sejarah Majapahit, ia juga menangkap pesan moral dari setiap tokoh dan dialog yang dipentaskan. Febi yang datang bersama kedua orang tua dan kakak serta adiknya ini pun memahami alasan kedua orang tuanya mengajak dirinya menikmati pertunjukkan malam itu.
"Ya, jadi semakin paham. Memang sudah banyak tontonan-tontonan modern, tapi kesenian tradisional seperti ini juga tetap harus dilestarikan," tutupnya.
(akn/ega)