Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, AH Thony mengunjungi Kantor Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surabaya. Selain mendonorkan darah, dia berbincang dengan Wakil Ketua I UTD PMI Kota Surabaya Tri Siswanto utamanya terkait kontribusi PMI, pelayanan, hingga stok darah.
Politisi Partai Gerindra ini lantas mengapresiasi PMI Kota Surabaya, terutama dalam kualitas dan kuantitas. Thony mengungkap kontribusi PMI dalam menghimpun darah mencapai ratusan ribu. Terutama dalam dua tahun lalu atau saat pandemi COVID-19 yang mencapai 400 ribu kantong darah serta mencapai 20 ribu kantong darah konvalesen. Padahal, harga satu kantong darah saat itu mencapai Rp 2 juta.
"10 persen kantong darah juga didistribusikan ke seluruh wilayah di Indonesia yang membutuhkan. Belum lagi dalam merespons kejadian setiap harinya. PMI sering dimintai bantuan dari command center 112. Dari sinilah Pemkot merasa dimudahkan dengan hadirnya bantuan PMI ketika ada kejadian," jelas Thony dalam keterangan tertulis, Selasa (28/6/2022)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut dalam pertemuan yang berlangsung Senin (27/6) itu, Thony menegaskan sudah sepatutnya Pemkot Surabaya memberikan bantuan kepada PMI yang sudah banyak memberikan kontribusi untuk kemanusiaan. Terutama dalam hal insentif dokter.
Ia membandingkan insentif dokter dalam penanganan medis yang diberikan PMI untuk membantu kejadian di jalan hanya Rp 25 ribu per harinya. Lalu ditambah menjadi Rp 55 ribu oleh PMI Kota Surabaya. Namun, angka ini menurutnya masih perlu didorong apalagi dibandingkan dengan kuli bangunan yang sehari bisa mencapai Rp 100 ribu.
"Artinya spirit sosial dokter lebih tinggi namun untuk insentif dokter yang statusnya berpendidikan masih kalah dengan gaji kuli per harinya. Ini yang harus kami dorong agar Pemkot Surabaya mau lebih berkontribusi kepada PMI," terangnya.
Thony juga mendengarkan aspirasi pihak UTD PMI yang bermimpi mempunyai rumah sakit (RS) sendiri, khususnya rumah sakit yang berkaitan dengan darah karena hal ini belum ada di Indonesia. Diharapkan dengan adanya RS, nantinya PMI Kota Surabaya bisa lebih maksimal dalam mengelola darah.
"Ternyata PMI Kota Surabaya ingin mempunyai RS yang diharapkan mampu lebih maksimal dalam hal pengelolaan darah. Kalau bisa pemkot turut serta dalam membantu keinginan PMI untuk mewujudkan RS. Mungkin dengan menghibahkan aset Pemkot Surabaya untuk dijadikan RS PMI," tutur Thony.
Ia menambahkan selama ini bantuan Pemkot Surabaya masih belum maksimal, sebab PMI masih menunggu aliran bantuan dari Pemkot Surabaya. Terlebih, banyak spekulasi di luar selama ini bahwa PMI banyak mendapat bantuan dari para donatur. Thony mengaku bantuan untuk PMI sebetulnya sudah sempat ada, akan tetapi tiba-tiba angka yang sudah dialokasikan itu hilang.
"Inilah yang menjadi pukulan buat kita. Bahkan Menteri Sosial sempat menanyakan kepada Ketua PMI Pusat namun ternyata sampai saat ini PMI belum mendapatkan bantuan. Apapun yang telah dilakukan PMI sudah sepatutnya pemerintah kota men-support," harapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua I UTD PMI Kota Surabaya Tri Siswanto menambahkan sampai saat ini pihaknya masih menunggu bantuan dari Pemkot Surabaya. Ia pun tak muluk-muluk dalam meminta bantuan ke Pemkot.
"Untuk sementara kantong darah atau reagen sudah senang sekali andaikan dibantu Pemkot Surabaya. Kami masih memohon sampai saat ini," kata Tri.
Ia pun mengungkap hingga kini stok darah di Surabaya masih aman. Sebab dalam setahun pihaknya bisa memproduksi 200 ribu kantong darah dan dalam dua tahun sudah mencapai 400 ribu kantong darah.
"Tapi yang bisa didistribusikan cuma 150 ribu karena yang namanya darah ada golongan dan ada periode waktu," tandas Tri.
Sebagai informasi, PMI Kota Surabaya membuktikan kualitasnya melalui predikat kualitas darah terbaik yang diraih selama tiga dekade. Selain itu, PMI Kota Surabaya juga memiliki kuantitas darah terbanyak selama tiga dekade se-Indonesia.
UTD PMI Kota Surabaya juga ditunjuk sebagai tempat uji kompetensi sertifikasi palang merah. Serta dapat membantu 30 musibah di jalan dari laporan command center 112.
(akd/ega)