9 Bulan Mangkrak, Pembangunan Jembatan Klampok Mulai Dilanjutkan

9 Bulan Mangkrak, Pembangunan Jembatan Klampok Mulai Dilanjutkan

Jemmi Purwodianto - detikJatim
Senin, 27 Jun 2022 23:15 WIB
Pembangunan Jembatan Klampok yang sempat mangkrak dilanjutkan.
Alat berat jenis ekskavator sudah mulai beroperasi di lokasi pembangunan Jembatan Klampok, Gresik. (Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim)
Gresik -

Sempat mangkrak selama hampir 9 bulan akibat banjir, pembangunan Jembatan Klampok, Desa Klampok, Kecamatan Benjeng, Gresik akhirnya dilanjutkan. Pada 2022 ini jembatan penghubung Kecamatan Cerme dan Kecamatan Benjeng itu ditarget sudah bisa dilewati lagi.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PURT) Gresik Achmad Hadi mengatakan jika batas pembangunan itu dilakukan selama 4 bulan. Jika batas pembangunan itu selesai tepat waktu maka jembatan itu sudah bisa digunakan tahun ini.

"Pelaksanaan kontrak maksimal 4 bulan. Tapi kami targetkan 3 bulan selesai," kata Ahmad Hadi ketika dihubungi detikJatim melalui pesan WhatsApp, Senin (27/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Pemkab Gresik menganggarkan dana Rp 2,4 miliar pada 2021 untuk pengerjaan proyek tersebut. Pada tahun ini pembangunan Jembatan Klampok menggunakan anggaran tambahan APBD 2022 sebesar Rp. 1.107.822.000.

Pantauan detikJatim di lokasi, terlihat sebuah alat berat ekskavator sudah mulai beraktivitas. Alat berat itu terlihat mulai melakukan pengerukan sedimentasi sungai. Termasuk penyiapan tempat/titik pemasangan pancang dan material jembatan.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Ahmad Hadi mengatakan dihentikannya pembangunan Jembatan Klampok hingga berbulan-bulan itu karena lokasinya terendam banjir, sehingga ekskavator yang dikerahkan rusak.

"Faktor lokasi terendam banjir, jadi tidak bisa dilanjutkan," kata Achmad Hadi.

Hadi menambahkan, pembangunan kali ini akan menggunakan metode Kisdam atau membendung dan mengalihkan sementara aliran air sungai. Pada pembangunan yang sebelumnya meski melakukan mètode Kisdam akan percuma karena banjir saat itu sangat besar.

"Kalo ada banjir lagi sudah diantisipasi dengan metode kisdam/dibendung, diuruk, dan dialihkan sementara aliran air sungainya. Kalau waktu itu (pembangunan awal) diuruk dan dialihkan tetap saja karena waktu itu ada banjir besar. Sangat beresiko pada terendamnya desa sekitar," kata Hadi.




(dpe/dte)


Hide Ads