Lembaga pendidikan Khilafatul Muslimin berdiri di Kabupaten Mojokerto sejak 2014. Pesantren ini dikenal tertutup dan pernah diprotes warga.
Lembaga pendidikan itu bernama Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyyah (PPUI) Khilafatul Muslimin. Pesantren ini terletak di ujung jalan kampung Dusun Pandanrejo, Desa Simbaringin, Kutorejo, Kabupaten Mojokerto. Lingkungan pondok lumayan luas dikelilingi pagar dengan kerangka kayu dan ditutup asbes.
Warga Pandanrejo Andik (45) mengatakan, PPUI Khilafatul Muslimin berdiri sejak sekitar tahun 2014. Kala itu, bangunan pondok hanya satu rumah yang belum dikelilingi pagar sehingga lingkungannya terbuka. Sampai sekarang tidak seorang pun anak warga sekitar yang menimba ilmu di pesantren ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengasuh pertama namanya Pak Gofar, orangnya baik. Belum ditutup seperti itu pondoknya," kata Andik kepada wartawan di lokasi, Selasa (14/6/2022).
Andik menilai, pengasuh PPUI Khilafatul Muslimin yang sekarang karakternya tertutup. Sehingga ia tidak kenal dengan pengasuh pesantren di dekat rumahnya itu. Bahkan, pengasuh pondok menolak undangan selamatan warga.
"Pernah diundang selamatan pas Jumat Legi, dari dulu tidak mau. Setelah itu malas mengundang. Di sini para santri mengaji. Mereka tidak boleh keluar pondok, dari dulu begitu, modelnya tertutup," jelasnya.
Menurut Andik, PPUI Khilafatul Muslimin dulu pernah diprotes warga Dusun Pandanrejo. Pasalnya, mereka mengumandangkan azan salat subuh dua kali. Yaitu pukul 03.00 dan 04.00 WIB.
"Setelah itu tidak lagi, normal. Salat jumat juga di situ masjidnya," ungkapnya.
Selain kegiatan belajar mengajar, lanjut Andik, PPUI Khilafatul Muslimin juga rutin menggelar pelatihan bela diri untuk para santri setiap Jumat dan Minggu.
"Sebulan sekali ada kegiatan, banyak tamu dari luar kota. Tidak tahu yang diajarkan apa saja," ujarnya.
Meski begitu, selama ini Andik mengaku tidak pernah terganggu dengan aktivitas di PPUI Khilafatul Muslimin. Begitu juga pengakuan tetangganya. Pria yang enggan disebutkan namanya itu merasa tidak pernah terganggu.
"Menurut saya tidak ada warga yang terganggu," cetusnya.
Kepala Bakesbangpol Kabupaten Mojokerto Nugraha Budi Sulistya membenarkan PPUI Khilafatul Muslimin tertutup dengan masyarakat sekitar. "Di Mojokerto sendiri keberadaan organisasinya tidak tercatat. Pondok ini tertutup dengan masyarakat," tandasnya.
Sebelumnya, Pengasuh PPUI Khilafatul Muslimin Muhammad Nur Salim mengatakan, PPUI Khilafatul Muslimin dihuni 42 orang. Terdiri dari 24 santri, 12 pengajar dan 6 pengurus. Usia para santri terbilang sangat belia, yakni 6-9 tahun.
"Santrinya 24, ada yang dari Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Madura ada satu anak," terangnya.
Menurut Nur Salim, pesantren ini dinaungi sebuah yayasan pendidikan yang berkantor pusat di Bekasi, Jabar. Ia menyebut pimpinan tertinggi ormas Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja sebagai Khalifah.
Baraja ditangkap Polda Metro Jaya di kantor pusat ormas tersebut yang berlokasi Bandar Lampung, Lampung pada Selasa (7/6). "Beliau itu khalifah, beliau tidak mengurus pendidikannya," jelasnya.
Para santri PPUI Khilafatul Muslimin, lanjut Nur Salim, lebih banyak diajari menghafal Al Qur'an. Masing-masing santri mengikuti pendidikan selama 3 tahun untuk menghafalkan 9 juz kitab suci umat muslim tersebut. Mereka juga diajari membaca, menulis, menghitung dan salat.
"Untuk baca, tulis dan menghitung kami ajari sebisanya, lebih banyak mondoknya," tandasnya.
(iwd/iwd)