Solusi Gubernur Khofifah untuk Harga Cabai yang Kian Pedas

Solusi Gubernur Khofifah untuk Harga Cabai yang Kian Pedas

Faiq Azmi - detikJatim
Rabu, 08 Jun 2022 00:05 WIB
gubernur khofifah harga cabai
Gubernur Khofifah di pasar tradisional (Foto: Dok. Pemprov Jatim)
Surabaya -

Harga cabai di beberapa kota/kabupaten di Jatim mengalami kenaikan. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyebut kenaikan harga cabai salah satunya disebabkan curah hujan.

"Namun karena curah hujan yang masih tinggi, akhirnya menyebabkan berkurangnya luas tanam," kata Khofifah di Surabaya, Selasa, (7/6/2022).

Menurut Khofifah, tingginya curah hujan menimbulkan serangan penyakit pada tanaman. Ini kemudian berdampak pada penurunan produksi dan jadwal tanam cabai mengalami kemunduran. Di daerah dataran rendah, seharusnya penanaman cabai dilakukan April 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain ancaman hujan, penyebab kedua ialah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terhadap komoditas cabai. Pada periode April di Jawa Timur, kata Khofifah, terdapat empat serangan, yakni hama lalat buah seluas 32,4 hektare, trips seluas 15,55 hektare, dan kutu kebul seluas 2,21 hektare. Sedangkan penambahan serangan penyakit virus kuning seluas 34,03 hektare, Antraknose seluas 12,31 hektare, bercak daun seluas 8,4 hektare, dan layu fusarium 2,5 hektare.

"Agar Serangan OPT di beberapa lokasi sentra (daerah dataran tinggi) bisa dikendalikan, bahwa Pemprov Jatim menggunakan Agens Pengendali Hayati. Sekarang di beberapa lokasi sudah mulai tumbuh tunas baru, sehingga diharapkan dapat membantu ketersediaan cabai rawit jelang Idul Adha," terangnya.

ADVERTISEMENT

Khofifah menjelaskan Pemprov Jatim melakukan beberapa upaya konkret agar produksi cabai terus berjalan hingga mampu menstabilkan harga di pasaran.

Strategi dari Pemprov Jatim diterapkan untuk mengatasi permasalahan komoditas cabai di daerah dataran rendah. Khofifah meminta untuk segera menanam cabai rawit menggunakan varietas genjah dengan usia panen 70-80 hari, yaitu varietas Bhaskoro dan Dewata.

"Ini diharapkan dapat mendukung ketersediaan cabai pada Juli utamanya menjelang Idul Adha," imbuhnya.

Khofifah optimis upaya menurunkan harga cabai rawit dan harga cabai besar di Jatim dapat dilakukan. Secara umum, kontribusi hortikultura strategis Jatim terhadap nasional untuk komoditas cabai besar senilai 9,4% atau menduduki urutan empat nasional. Sedangkan komoditas cabai rawit menyumbang sebesar 41,8% atau yang tertinggi secara nasional.

"Apalagi, potensi luas tanam komoditi cabai besar di Jatim pada tahun 2021 mencapai 15.398 hektare dengan produksi mencapai 127.429 ton," katanya.

Lima kabupaten produsen cabai besar tertinggi tahun 2021 di Jatim antara lain, Kabupaten Malang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Probolinggo. Menurutnya, perkembangan komoditas cabai besar pada Januari-Maret 2022 yaitu luas tanam mencapai 2.525 hektare dengan produksi mencapai 33.350 ton dan konsumsi sebesar 17.082 ton/kapita/tahun.

Melihat angka tersebut, maka produksi cabai besar masih surplus 16.268 ton. Selanjutnya, pada bulan April sebesar 63% dan prognosa pada Mei menunjukkan luas tanam cabai besar sebesar 1.285 hektare dengan sasaran produksi sebesar 11.892 ton sehingga diperkirakan mendapatkan surplus sebesar 503 ton.

"Jadi, kebutuhan cabai besar di Jawa timur terbagi untuk memenuhi kebutuhan industri kurang lebih sebesar 80% dan untuk rumah tangga sebesar 20% dari total produksi," jelas Khofifah.

Sementara itu, potensi luas tanam komoditi cabai rawit di Jatim pada 2021 mencapai 70.892 hektare dengan produksi mencapai 578.883 ton. Ada lima kabupaten produksi cabai rawit tertinggi tahun 2021 di Jatim, yakni Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Tuban.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Hadi Sulistyo menambahkan, perkembangan komoditas cabai rawit pada Januari-Maret tahun 2022 yaitu luas tanam mencapai 14.562 hektare dengan hasil panen mencapai 164.806 ton dan konsumsi sebesar 218.273 ton/kapita/tahun. Dengan demikian, produksi cabai rawit masih surplus 146.533 ton. Dilanjutkan April sebesar 63% dan prognosa pada Mei menunjukkan bahwa luas tanam cabai rawit yaitu sebesar 6.274 ha dengan sasaran produksi sebesar 104.007 ton sehingga diperkirakan mendapatkan surplus sebesar 91.825 ton.

"Kebutuhan cabai rawit untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kurang lebih sebesar 85%-90% dan kebutuhan industri sebesar 10%-15% dari total produksi. Secara umum masih terpenuhi," tandas Hadi.

Data Siskaperbapo menunjukkan harga cabai di Jatim mengalami kenaikan, harga rata-rata Jatim untuk komoditas cabai rawit merah per tanggal 7 Juni 2022 sebesar Rp 84.823 meningkat 241,48% atau Rp 59.983 dibandingkan harga tanggal 10 Mei 2022 yang hanya sebesar Rp 24.840.

Sedangkan harga rata-rata Jatim untuk komoditas cabai merah besar per tanggal 7 Juni 2022 sebesar Rp 62.144, meningkat 78,58% atau Rp 27.346 dibandingkan harga tanggal 10 Mei 2022 sebesar Rp 34.798.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads